Beirut, Purna Warta – Serangan udara Israel menargetkan Beirut selatan dan daerah lain di Lebanon pada hari Sabtu, memperparah konflik yang telah menewaskan ratusan orang, sementara Hizbullah membantah klaim Israel tentang penyimpanan senjata di gedung-gedung sipil yang terkena serangan.
Baca juga: Tekad Baru Damaskus Bangun Struktur Politik Suriah
Gelombang baru serangan udara Israel menghantam daerah Dahiyeh di Beirut selatan, ibu kota Lebanon, Sabtu dini hari.
Serangan ini menyusul serangan sebelumnya di lingkungan al-Hadath dan Laylaki, dengan laporan lebih dari 30 serangan secara total.
Serangan selanjutnya menghantam Choueifat, pinggiran kota lain di Beirut selatan, selama apa yang digambarkan sebagai “gelombang serangan ketiga.”
Militer Israel mengklaim bahwa serangan itu menargetkan “senjata milik Hizbullah” yang disimpan di bawah bangunan sipil.
Sebagai tanggapan, Kantor Hubungan Media Hizbullah menolak tuduhan ini, dengan menyatakan, “Klaim musuh tentang keberadaan senjata atau depot senjata di gedung-gedung sipil yang menjadi sasaran pengeboman di pinggiran selatan adalah salah.”
Pada saat yang sama, serangan udara Israel menghantam daerah-daerah dekat kota Tyre di Lebanon selatan, termasuk al-Bass, Burj al-Shamali, dan al-Maashouq.
Pada hari Jumat, pesawat tempur Israel menyerang bangunan-bangunan perumahan di lingkungan Haret Hreik, Dahiyeh, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai sekitar 80 lainnya.
Serangan-serangan ini merupakan bagian dari eskalasi yang sedang berlangsung yang dimulai pada tanggal 7 Oktober ketika Israel melancarkan agresi genosida di Gaza.
Sejak hari Senin, kekerasan Israel telah memburuk, menewaskan lebih dari 700 orang di seluruh Lebanon.
Baca juga: Militer Israel Serang Lebanon Selatan dan Timur
Hizbullah telah melancarkan serangan balasan terhadap posisi-posisi Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
Koordinator kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon, Imran Riza, memperingatkan akan situasi yang makin memburuk, dengan mengatakan, “Kita tengah menyaksikan periode paling mematikan di Lebanon dalam satu generasi, dan banyak yang mengungkapkan ketakutan mereka bahwa ini hanyalah permulaan.”