Jalur Gaza, Purna Warta – Paramedis dan pekerja kesehatan di Jalur Gaza menyelenggarakan aksi demonstrasi melawan pelarangan impor obat dan peralatan medis yang ditetapkan oleh rezim pendudukan Israel. Aksi yang digelar dengan pawai 25 ambulans tersebut memprotes tindakan non-manusiawi Israel yang memblokade Jalur Gaza dan menghalau masuknya obat serta peralatan medis selama 16 tahun sejak 2007.
Baca Juga : Penasihat Erdogan Serukan Pendudukan Provinsi Aleppo Suriah
Aksi yang dilakukan pada Senin (9/1) tersebut mengandung pesan kemanusiaan dan peringatan bahwa ratusan nyawa pasien di Gaza sedang dalam bahaya akibat blokade berkepanjangan ini. “Menghalau masuknya peralatan medis berarti kematian secara perlahan bagi pasien-pasien di Gaza,” tulis salah satu banner yang digunakan dalam aksi tersebut.
“Banyak pasien yang sedang berdesakan di loket pendaftaran rumah sakit Gaza, dan para staf medis menderita (akibat kekurangan dan kerusakan peralatan medis) di ruang-ruang operasi. Sebagian alat (yang kami butuhkan adalah) yang digunakan untuk mendiagnosa kasus fraktur yang kompleks dan sebagian yang lain digunakan untuk mengeluarkan bekuan darah dari jantung atau otak pasien yang menderita stroke, dan bagian yang lain digunakan untuk keperluan X-Ray,” ujar Medhat Abbas sebagaimana yang dikutip dari media Palestina Ma’an News Agency.
“Ribuan pasien membutuhkan alat-alat ini, menunda masuknya alat-alat tersebut berarti meningkatkan penderitaan para pasien dan membuat rumah sakit semakin membludak, padahal (rumah sakit-rumah sakit di Gaza) sudah sangat ramai karena blokade yang ditetapkan atas Jalur Gaza,” tambahnya.
Ashraf Al-Qudra, jubir Kementerian Kesehatan Palestina menjelaskan bahwa aksi ini dilakukan karena Israel menghalangi masuknya empat mesin X-Ray dan sejumlah perlengkapan untuk merawat pasien stroke ke Gaza.
Baca Juga : Apa yang Dilihat Penasihat Erdogan di Damaskus?
Akibat blokade tersebut, tingkat pengangguran di Gaza merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. 1,3 juta dari 2,1 juta warga Gaza (yakni 62% dari total populasi Gaza) membutuhkan bantuan makanan sebagaimana yang dilaporkan oleh Biro Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-OCHA).