Beirut, Purna Warta – Puluhan orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon, menurut pejabat kesehatan, sementara angkatan udara Israel terus menyerang negara itu selama empat hari berturut-turut, meski seruan internasional untuk gencatan senjata meningkat.
Baca juga: Pezeshkian: Klaim Barat tentang HAM adalah kebohongan
Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon menyatakan pada hari Kamis bahwa sedikitnya 29 orang tewas dalam serangan Israel, sebagian besar dari mereka adalah warga Suriah di kota Younine dekat perbatasan Suriah, menurut laporan Al Jazeera.
Serangan lainnya menghantam kota-kota dan desa-desa di Lebanon selatan, termasuk Tyre (Sour), sementara dua orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan di pinggiran kota Beirut, menurut kementerian tersebut.
Militer Israel mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah menargetkan sekitar 220 lokasi yang terkait dengan Hizbullah dalam 24 jam terakhir. Kelompok itu juga mengklaim telah menewaskan Muhammad Hossein Sarur, yang digambarkan sebagai kepala unit udara Hizbullah, dalam serangan di Beirut.
Hizbullah, melalui saluran Telegramnya, mengumumkan bahwa mereka telah menembakkan lebih dari 50 rudal ke Ahihud, sebelah utara Haifa, dan meluncurkan rentetan roket yang menargetkan Kiryat Shmona dan berbagai pos militer di Israel utara. Kelompok perlawanan itu juga mengklaim telah memaksa dua pesawat tempur Israel keluar dari wilayah udara Lebanon menggunakan sistem pertahanan udara.
Sementara itu, seruan internasional untuk gencatan senjata semakin meningkat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan bahwa kekuatan global mengupayakan gencatan senjata, sementara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menekankan bahwa diplomasi tetap menjadi pilihan.
“Israel dan Lebanon dapat memilih jalan yang berbeda,” kata Austin, seraya menambahkan bahwa meskipun terjadi eskalasi baru-baru ini, solusi diplomatik masih memungkinkan.
Usulan AS-Prancis untuk gencatan senjata selama 21 hari diajukan pada hari Rabu, yang juga menganjurkan penghentian permusuhan di Gaza. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak gagasan tersebut, dengan menyatakan, “Kami terus menyerang Hizbullah dengan seluruh kekuatan kami, dan kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai tujuan kami.”
Baca juga: Pezeshkian Ungkap Kunjungannya ke New York Membuahkan Hasil
Eskalasi militer Israel baru-baru ini telah menyebabkan lebih dari 90.000 orang di Lebanon mengungsi, dengan lebih dari 600 orang dilaporkan tewas sejak Senin. Ini menandai periode pertempuran paling mematikan antara Israel dan Hizbullah sejak konflik dimulai Oktober lalu, menyusul serangan genosida Israel di Gaza.
Tentara rezim Israel dilaporkan telah melakukan beberapa pembunuhan yang ditargetkan terhadap pimpinan militer Hizbullah, termasuk kematian Ibrahim Aqil.