Beirut, Purna Warta – Sebuah laporan baru telah mengungkapkan bahwa militer Israel bersiap untuk kemungkinan mempertahankan pasukannya di Lebanon selatan, setelah berakhirnya gencatan senjata selama 60 hari yang rapuh dengan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, yang mulai berlaku bulan lalu.
Baca juga: Panglima AL IRGC: Kapal-kapal Iran Berlayar dengan Aman di Perairan Internasional
Harian Israel Haaretz melaporkan pada hari Kamis bahwa pasukan Israel akan tetap berada di Lebanon selatan jika tentara Lebanon gagal mencapai kendali penuh atas daerah tersebut. Dalam hal itu, militer Israel akan tetap berada di wilayah tersebut sampai tentara Lebanon mengambil alih, tambahnya. Gencatan senjata selama 60 hari antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada tanggal 27 November, dengan harapan dapat mencapai penghentian permusuhan secara permanen.
Namun, setidaknya 300 pelanggaran Israel telah dilaporkan sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku, termasuk pada hari Rabu ketika pesawat tempur rezim tersebut menyerang sasaran di wilayah Baalbek di bagian timur negara tersebut. Israel dipaksa menerima gencatan senjata setelah menderita kerugian besar menyusul lebih dari 14 bulan pertempuran lintas batas dan gagal mencapai tujuannya dalam agresinya terhadap Lebanon.
Baca juga: Kemenangan Lain bagi Palestine Action Melawan Israel
Sebuah komite yang terdiri dari Prancis, Amerika Serikat, Lebanon, dan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa bertugas memantau gencatan senjata dan memastikan pelanggaran diidentifikasi dan ditangani. Beirut telah mendesak para pihak — khususnya AS dan Prancis — untuk menekan Israel agar mempercepat penarikan pasukannya dari wilayah selatan negara itu berdasarkan ketentuan kesepakatan.
Gencatan senjata menuntut penghentian segera agresi Israel di wilayah Lebanon dan memberi waktu 60 hari bagi pasukan rezim tersebut untuk mundur dari Lebanon selatan.