Baghad, Purna Warta – Seorang analis Irak mengatakan, penguasaan kembali kawasan strategis Jurfa al-Nasr di provinsi Babil telah menjadi prioritas utama bagi sisa-sisa ISIS di Irak.
Safa al-‘Asam, seorang analis dan ahli militer Irak, mengumumkan hari ini (Senin, 8 Maret) bahwa teroris ISIS berencana untuk mengambil alih wilayah Jurf al-Nasr (sebelumnya Jurf al-Sakhr) di provinsi Babil utara. Mereka dengan penguasaan wilayah tersebut bertujuan untuk melancarkan serangan terhadap Baghdad dan sekitarnya.
“Teroris ISIS mencoba untuk menguasai Jurfa al-Nasr di Babilonia utara, dan dari sana mereka melanjutkan serangan teroris mereka terhadap Baghdad dan sekitarnya,” katanya kepada situs berita Al-Ma’lumah.
Al-‘Asam menambahkan: “Daerah ini merupakan daerah penghubung antara Sahara Barat dengan perbatasan Suriah dan merupakan daerah penting dan sensitif, karena alasan ini, pengembalian kendali wilayah ini telah menjadi prioritas bagi teroris ISIS. ”
Pakar militer Irak mengatakan bahwa al-Hashd al-Shaabi sekarang ini yang menguasai Jurf al-Nasr dan mereka lah yang mencegah teroris menyusup dan melaksanakan rencana teror di wilayah tersebut, dan hal ini sama saja mencegah ancaman terhadap Baghdad, Atbat al-Aliat dan kota-kota Irak lainnya.
Ada banyak laporan tentang aktivitas ISIS di pinggiran Baghdad dan daerah sekitar wilayah Jurfa al-Nasr di provinsi Babil utara, 60 kilometer barat laut Baghdad, dan tentunya pasukan AS dikatakan berada di belakang operasi kelompok teroris ini.
Di sisi lain, beberapa partai politik dan asing, dengan dukungan Amerika Serikat, berusaha sekuat tenaga untuk mengusir pasukan al-Hashd al-Shaabi dari wilayah Jurf al-Nasr, yang merupakan penghubung antara provinsi-provinsi Babilonia, Al-Anbar, Baghdad dan Karbala.
Sabah al-Akili, analis Irak lainnya mengatakan bahwa pasukan AS sesekali akan memasang sejumlah kelompok teroris di belakang pangkalan al-Hashd al-Shaabi di Jurfa al-Nasr, dengan itu mereka bisa melakukan menyusupan dan selanjutnya serangan yang menargetkan al-Hashd al-Shaabi, pangkalan militer, atau jalur transmisi listrik untuk sabotase.
Analis tersebut menjelaskan bahwa tujuan militer dan strategis pasukan Amerika adalah untuk menciptakan keretakan di Jurf al-Nasr, begitu juga untuk mengancam provinsi-provinsi yang disebutkan di atas, yang pada akhirnya dijadikan alasan untuk membenarkan keberadaan militer Amerika Serikat di Irak. Selain itu, hal ini pun bisa memberikan pemerintah Irak sebuah pembenaran yang diperlukan untuk menuntut kelanjutan keberadaan militer AS di Irak.
Akhir Januari lalu, tersiar kabar tentang serangan terhadap pasukan keamanan dan al-Hashd al-Shaabi di daerah Jurf al-Nasr di provinsi Babil utara. Ledakan di daerah itu digambarkan sebagai sabotase oleh elemen ISIS pada saluran transmisi listrik.
Ada banyak laporan tentang teroris ISIS yang bentrok dengan pasukan al-Hashd al-Shaabi di Jurfa al-Nasr dan upaya mereka untuk menyusup ke wilayah strategis ini.
Wilayah Jurf al-Nasr dibebaskan dari ISIS pada Oktober 2014 selama operasi yang disebut Asyura di bawah komando Jenderal Syahid Qassem Soleimani. Sebelum pembebasan, wilayah ini dikenal dengan sebutan Jurf al-Sakhr.
Jurf al-Nasr memiliki kepentingan strategis bagi pemerintah Irak dan aparat keamanannya, terutama di bulan-bulan Muharram dan Safar, di mana jutaan orang-orang Syiah melakukan perjalanan ke Karbala yang ada di provinsi selatan selama masa berkabung Imam Husein.
Baca juga: Politisi Amerika: Serangan AS Terhadap Suriah Adalah Hadiah Untuk ISIS