Damaskus, Purna Warta – Komando Operasi Militer di Suriah pada Jumat malam menjelaskan isi pertemuannya dengan delegasi Amerika yang mengunjungi Damaskus, menyatakan bahwa pihak Suriah meminta Amerika Serikat untuk mencabut sanksi terhadap negara tersebut.
Kantor berita Al Jazeera Qatar melaporkan bahwa komando militer tersebut mengklaim bahwa pihak Amerika mendukung langkah-langkah pemerintah baru untuk mencapai perwakilan yang inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
Komando Operasi Militer di Suriah menambahkan bahwa mereka telah memberi tahu pihak Amerika tentang rencana pembangunan dan pembentukan lembaga-lembaga yang akan dimulai di Suriah baru.
Mereka juga menekankan pentingnya akuntabilitas dan penegakan keadilan dengan mengejar pelaku kejahatan perang serta pejabat tinggi rezim sebelumnya.
Komando tersebut juga menyatakan bahwa pihak Amerika mendukung langkah-langkah pemerintah baru untuk menciptakan stabilitas dan mendorong proses pembangunan di Suriah.
Komando ini menyatakan bahwa pihak Amerika telah diberi penjelasan bahwa rakyat Suriah membutuhkan dukungan luas untuk pemulihan dan perbaikan.
Menurut laporan tersebut, delegasi Amerika berbicara dengan pihak Suriah tentang peran negara itu dalam mewujudkan perdamaian di kawasan dan membangun kemitraan strategis dengan negara-negara di wilayah tersebut.
Delegasi tinggi Amerika Serikat pada hari Jumat melakukan perjalanan ke Damaskus dan bertemu dengan pemimpin pemberontak Suriah, yang sebelumnya telah dijanjikan hadiah sebesar 10 juta dolar oleh Amerika Serikat untuk penangkapannya.
Menurut CNN, pertemuan dengan Ahmad al-Shara’, yang dikenal sebagai Abu Muhammad al-Julani, menekankan pentingnya upaya Amerika Serikat untuk bekerja sama dengan pemerintah sementara Suriah guna memastikan bahwa negara tersebut tidak mengalami kemunculan kembali kelompok-kelompok teroris seperti ISIS.
Komunitas internasional telah berupaya mengadopsi seperangkat prinsip untuk mendefinisikan transisi politik menuju pemerintahan baru di Suriah yang inklusif dan menghormati hak asasi manusia.
Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, juga pada hari Kamis waktu setempat mengatakan: “Kami ingin memperjelas kepada Hay’at Tahrir Al-Sham dan semua otoritas baru Suriah bahwa pengakuan mereka, serta dukungan yang mereka cari dan butuhkan dari komunitas internasional, harus disertai dengan harapan tertentu.”
Ia mengakui pernyataan positif Al-Julani , pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham, tetapi menekankan bahwa semua pihak fokus pada tindakan nyata.
Blinken juga menyarankan bahwa pencabutan sanksi Amerika dan komunitas internasional terhadap Hay’at Tahrir Al-Sham, yang merupakan kelompok teroris dengan hubungan sebelumnya dengan Al-Qaeda, tergantung pada langkah-langkah konkret.
Seorang pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut mengatakan kepada CNN bahwa pertemuan antara Al-Julani dan delegasi Amerika itu konstruktif dan berlangsung kurang dari dua jam.
Delegasi Amerika tersebut terdiri dari Barbara Leaf, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat, Roger Carstens, Utusan Khusus Presiden untuk Urusan Sandera, dan Daniel Rubinstein, Penasihat Senior. Mereka adalah pejabat Amerika pertama yang melakukan perjalanan ke Suriah setelah runtuhnya pemerintahan negara tersebut.