Teheran, Purna Warta – Komandan Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengatakan tiga negara Eropa yang mengerahkan pesawat tempur mereka untuk membela rezim Israel dari operasi pembalasan yang dilakukan oleh Iran akan dimintai pertanggungjawaban.
“Semua penjahat harus mengetahui (ini) bahwa tindakan dan kejahatan mereka telah diperhitungkan,” kata Brigadir Jenderal Esmail Qaani pada hari Rabu.
Baca Juga : Iran Tegaskan Kembali Dukungan untuk Stabilitas di Balkan
“Prancis, Jerman, dan Inggris tidak boleh berpikir bahwa mereka mengerahkan pesawat pada malam itu dan masalah telah selesai. Ya malam itu sudah lewat, tapi nanti akan dimintai pertanggungjawabannya,” imbuhnya.
Komandan tersebut berpidato di sebuah upacara yang diadakan untuk memperingati 40 hari kematian Jenderal IRGC Mohammad Hadi Haji Rahimi.
Haji Rahimi, Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, seorang komandan Pasukan Quds IRGC, dan lima perwira pendamping mereka semuanya menjadi martir pada tanggal 1 April dalam serangan teroris Israel terhadap gedung diplomatik Iran di ibu kota Suriah, Damaskus.
Sebagai pembalasan, IRGC menargetkan wilayah pendudukan pada akhir 13 April dengan rentetan drone dan rudal. Serangan balasan tersebut, yang dijuluki Operasi Janji Sejati, menimbulkan kerusakan parah pada pangkalan militer Israel di seluruh wilayah tersebut.
Menurut Qaani, Amerika Serikat dan seluruh aliansi militer Barat di NATO menyumbangkan seluruh kemampuan militer mereka untuk mempertahankan rezim pendudukan dari operasi Iran.
“(Hingga) tujuh hingga delapan kelompok angkatan laut dikerahkan ke Laut Hitam untuk mencegah operasi (Iran),” katanya, seraya menambahkan bahwa lebih dari 200 pesawat juga dikerahkan melintasi langit kawasan pada malam operasi tersebut.
Komandan tersebut menggambarkan wilayah udara, tempat operasi tersebut dilakukan, sebagai “tempat yang paling padat di dunia dalam hal (masalah) pertahanan udara,” dan menyebut operasi tersebut sebagai “yang belum pernah terjadi sebelumnya dan secara historis tidak dapat dicapai.”
Qaani mengingatkan bahwa Republik Islam sebelumnya telah memberi tahu berbagai pihak terkait tentang operasi yang tertunda tersebut.
“True Promise adalah sebuah operasi yang terang-terangan… Saatnya operasi tersebut (sudah) jelas bagi rezim Zionis dan Amerika Serikat,” katanya, seraya mencatat bahwa Republik Islam “menunjukkan kekuatan, ketabahan, dan kekuasaannya kepada seluruh pihak.” dunia” selama operasi.
“Kemenangan (Operasi) True Promise tidak (hanya) terbatas pada jumlah rudal dan drone yang mencapai wilayah pendudukan,” kata komandan tersebut. “Ada begitu banyak rahasia dalam operasi ini yang membutuhkan waktu lama untuk dianalisis,” tambahnya, seperti yang dilaporkan Press TV.
Baca Juga : Ansarullah Tekankan Serangan terhadap Kepentingan Israel
Qaani memuji peran yang dimainkan oleh Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah SEED Ali Khamenei dalam operasi tersebut.
“Siapa yang berani mengambil keputusan seperti itu?” tanyanya, mengingatkan bahwa Amerika Serikat – sekutu terbesar Israel – telah mengumumkan setelah serangan teroris Israel bahwa mereka tidak akan ikut campur.
Sementara itu, sang komandan menyarankan negara-negara regional dan ekstra-regional untuk belajar dari ketidakmampuan AS melindungi rezim Israel selama operasi Iran, dan menyerukan kepada mereka untuk tidak terlalu bergantung pada Washington.