Purna Warta – Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah meyakinkan mitranya dari Venezuela, Nicolas Maduro, tentang kesiapan Iran untuk memperluas kerja sama menyeluruh dengan negara Amerika Latin tersebut.
Baca juga: Detail Drone Amerika Ketujuh yang Ditembak Jatuh oleh Yaman
Kepala eksekutif tersebut menyampaikan pernyataan tersebut dalam percakapan telepon dengan Maduro pada hari Senin (5/8).
Pezeshkian menekankan secara khusus kesiapan Republik Islam Iran untuk meningkatkan pertukaran ekonomi dan komersial serta kerja sama dengan Venezuela, dan penyediaan layanan teknis dan rekayasa bagi negara tersebut.
Dalam konteks yang sama, ia menekankan perlunya implementasi yang lengkap dan cepat dari perjanjian yang ada antara kedua belah pihak.
Sementara itu, Presiden Iran mengucapkan selamat kepada Maduro atas kemenangannya dalam pemilihan presiden Venezuela baru-baru ini yang memperpanjang masa jabatannya.
Pezeshkian menyatakan solidaritas Tehran terhadap bangsa Venezuela, mengutuk segala bentuk campur tangan asing dalam urusan internal negara tersebut.
Maduro, pada bagiannya, menekankan kesiapan negaranya untuk perluasan kerja sama lebih lanjut dengan Republik Islam, dengan menegaskan, “Sebuah lompatan maju dalam kerja sama [bilateral] akan menjadi jalan menuju pencapaian kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bagi kedua negara.”
Ia mengucapkan terima kasih kepada Pezeshkian karena telah memberi ucapan selamat kepadanya atas kemenangan pemilihannya.
Presiden Venezuela juga menyinggung kerusuhan pasca-pemilu yang terjadi di negaranya setelah kemenangannya, dengan menyebut kerusuhan itu sebagai hasil dari rencana Zionis yang disusun bekerja sama dengan Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya dengan tujuan untuk menghancurkan negara-negara merdeka.
Baca juga: [VIDEO] – Rezim Zionis Dihantui Bayangan Balas Dendam Iran
“Kami akan melawan dan menghadapi rencana seperti itu sekali lagi, dan niscaya akan muncul sebagai pemenang,” kata Maduro.
Dewan Pemilihan Nasional Venezuela menyatakan Maduro sebagai pemenang pemilihan 29 Juli dengan 51 persen suara, sedangkan kandidat oposisi Edmundo Gonzalez memperoleh 44 persen.
Namun, Amerika Serikat dan sekutunya menunda pengakuan atas hasil pemilu dan mendukung para pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan.