Tehran, Purna Warta – Penasihat militer utama Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Seyyed Ali Khamenei memuji front perlawanan di wilayah tersebut, dengan mengatakan “melarikan diri” adalah nasib akhir pasukan pendudukan AS di Suriah dan Irak, seperti yang terjadi di Afghanistan.
Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi berkata, “Perlawanan masyarakat dan pemerintah Irak dan Suriah menyebabkan kekalahan Daesh. tentara bayaran Amerika dan Zionis ini, [dan] perlawanan rakyat Afghanistan menyebabkan kekalahan AS di Afghanistan dan pelarian mereka yang memalukan. Hal ini menyebabkan kegagalan AS dalam rencana menggulingkan pemerintah Suriah.”
Baca Juga : Iran Serukan Selidiki Senjata Kimia Penggunaan Israel di Gaza
Rahim Safavi melanjutkan dengan mengatakan bahwa apa yang menyebabkan pengurangan pasukan AS di Irak dan Suriah adalah kelompok perlawanan populer di kedua negara tersebut, dan menambahkan bahwa nasib akhir pasukan Amerika adalah melarikan diri dari Irak dan Suriah sama seperti mereka melarikan diri dari Afghanistan.
Amerika Serikat harus mengakhiri kehadiran militernya yang “ketinggalan zaman dan provokatif” di Suriah dan Irak, kata sebuah lembaga pemikir Amerika.
Ada sekitar 2.500 tentara Amerika di Irak dan sekitar 900 di Suriah sebagai bagian dari, yang diklaim Washington, sebagai kekuatan tempur melawan Daesh. Amerika tetap mempertahankan kehadirannya, meskipun negara-negara Arab dan sekutunya berhasil mengalahkan kelompok teroris Takfiri pada akhir tahun 2017.
Jenderal berpangkat tinggi Iran lebih lanjut mencatat bahwa kekalahan rezim Israel dalam perang 33 hari dan 55 hari di Jalur Gaza dan kegagalannya setelah Operasi Badai al-Aqsa adalah hasil dari front perlawanan.
Ia juga menegaskan, wacana perlawanan di dunia Islam menjadi kunci persatuan umat Islam demi pembebasan al-Quds.
Sentimen anti-Amerika telah melonjak di seluruh wilayah dalam beberapa minggu setelah Washington memberikan dukungan penuh terhadap kejahatan Israel di Jalur Gaza di mana serangan Israel yang tiada henti telah menewaskan hampir 15.000 warga Palestina sejak 7 Oktober.
Baca Juga : Perpecahan Muncul dalam Koalisi Israel Soal Anggaran Non-Militer
Israel melancarkan perang di Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan terhadap kampanye pertumpahan darah dan kehancuran yang dilakukan rezim Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.
Tel Aviv juga memberlakukan “pengepungan total” terhadap Gaza, memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.
Rezim Israel juga meningkatkan agresinya di wilayah pendudukan, sejak serangan brutalnya terhadap Gaza.