Iran, Rusia, Turki, Suriah: Terorisme Harus Diberantas

Iran, Rusia, Turki, Suriah: Terorisme Harus Diberantas

Moskow, Purna Warta Menurut pernyataan akhir Konferensi Moskow Segiempat di ibu kota Rusia, para menteri pertahanan Iran, Rusia, Turki dan Suriah telah membahas penguatan keamanan dan stabilitas di Suriah dan normalisasi hubungan antara Ankara dan Damaskus.

Keempat negara tersebut menegaskan kembali keinginan mereka untuk menjaga integritas teritorial Suriah dan kebutuhan untuk mengintensifkan upaya untuk segera mengembalikan pengungsi Suriah ke negara mereka, tambah pernyataan itu.

Mereka menekankan perlunya memerangi semua jenis ancaman teror, terutama kelompok teroris Daesh (juga dikenal sebagai ISIS atau ISIL) dan kelompok ekstremis lainnya di negara yang dilanda perang itu.

Menyusul pertemuan terpisah dengan rekan-rekannya dari Rusia, Suriah dan Turki di Moskow pada hari Selasa (25/4), Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani mengatakan bahwa mencapai perdamaian abadi menjadi agenda pembicaraan empat pihak di Moskow antara menteri pertahanan dan kepala intelijen Rusia, Suriah, Turki, dan Iran.

“Pembicaraan empat pihak antara Rusia, Iran, Turki, dan Suriah diadakan dengan tujuan penting untuk mencapai perdamaian dan keamanan abadi di kawasan itu,” katanya.

Menhan menyatakan bahwa memerangi terorisme adalah tuntutan semua negara di kawasan Asia Barat dan menekankan bahwa tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui upaya bersama oleh negara-negara kawasan.

“Perang melawan berbagai bentuk terorisme merupakan tuntutan semua negara di kawasan, dan tujuan ini tidak akan terwujud kecuali dengan upaya bersama dan koordinasi serta kerja sama negara-negara kawasan,” kata Ashtiani.

“Upaya kami dan Rusia untuk menormalkan hubungan Turki-Suriah adalah salah satu tujuan dari pertemuan segi empat ini. Republik Islam Iran serius memfasilitasi dialog langsung antara Suriah dan Turki sebagai dua negara tetangga yang berpengaruh di kawasan, dan mendukung kerja sama antara kedua negara,” lanjut Ashtiani.

Dengan menekankan bahwa Republik Islam selalu berupaya mendorong perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan, Ashtiani mengatakan, “Partisipasi Iran dalam pertemuan empat pihak di Moskow adalah contoh nyata dari masalah ini.”

Sejak tahun 2011, Suriah dicengkeram oleh militansi yang didukung asing, akibatnya ISIS dan kelompok teror lainnya muncul di negara Arab tersebut.

Turki memutuskan hubungannya dengan Suriah pada Maret 2012, setahun setelah negara Arab itu berada dalam cengkeraman kekerasan yang merajalela dan mematikan yang dilakukan oleh militan yang didukung asing, termasuk yang diduga didukung oleh Ankara.

Kedua negara tetangga saat ini mengambil langkah menuju rekonsiliasi setelah 11 tahun.

Proses normalisasi hubungan antara Ankara dan Damaskus dimulai pada Desember 2022, ketika menteri pertahanan Rusia, Suriah, dan Turki bertemu di Moskow, yang merupakan pertemuan tingkat tertinggi antara kedua belah pihak sejak pecahnya konflik Suriah.

Bulan lalu, Presiden Suriah Bashar Al-Assad mengondisikan pertemuan potensial dengan rekannya dari Turki Recep Tayyip Erdogan tentang penarikan pasukan Ankara dari Suriah Utara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *