Tehran, Purna Warta – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan penindasan terhadap protes pro-Palestina di seluruh AS telah menghilangkan topeng kemunafikan dari para pembela kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia.
Dalam postingan di akun X-nya pada hari Jumat, Nasser Kan’ani mengatakan pemerintah AS telah memutarbalikkan kebenaran di lapangan dan menggambarkan kemarahan yang tulus dari mahasiswa dan staf akademik serta protes mereka sebagai “anti-Semitisme”.
Baca Juga : IRGC Tangkap Sponsor Utama Kelompok Teror Jaish al-Adl di Sistan dan Balucistan
Dia menambahkan bahwa AS menggunakan kekerasan dan berusaha untuk membenarkan tindakan keras tersebut dalam upaya membungkam pertemuan damai dan protes mahasiswa pro-Palestina, namun semua upaya mereka tidak akan mengurangi ketidaksenonohan tindakan mereka.
“Sejumlah besar orang Yahudi, termasuk pelajar Yahudi, telah menyatakan rasa muak mereka terhadap kejahatan kebencian yang dilakukan rezim Zionis (Israel) dan dukungan memalukan dari pemerintah AS terhadap hal tersebut,” tegas juru bicara Iran.
Para pengunjuk rasa telah berkumpul di setidaknya 30 kampus universitas Amerika sejak bulan lalu, seringkali mendirikan tenda-tenda untuk memprotes genosida Israel di Jalur Gaza. Kampus-kampus universitas di Australia, Kanada, Prancis, Italia, dan Inggris juga menjadi tempat protes pro-Palestina.
Di Amerika Serikat, ratusan polisi yang mengenakan helm memenuhi lokasi protes pro-Palestina di Universitas California di Los Angeles, melepaskan tembakan keras, menangkap para demonstran, dan membongkar perkemahan mereka.
Polisi AS menangkap sekitar 2.200 orang selama protes pro-Palestina di kampus-kampus di seluruh negeri dalam beberapa pekan terakhir, Associated Press melaporkan.
Para pelajar menyerukan diakhirinya perang genosida Israel di Gaza dan menuntut agar sekolah-sekolah divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mendukung rezim Israel.
Baca Juga : Penulis Palestina yang Dipenjara Israel Terima Penghargaan Buku Bergengsi
Israel melancarkan perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan terhadap kampanye pertumpahan darah dan kehancuran yang dilakukan rezim Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.
Sejak dimulainya serangan, rezim Tel Aviv telah menewaskan sedikitnya 34.622 warga Palestina dan melukai 77.867 lainnya.