Teheran, Purna Warta – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam Amerika Serikat dan Jerman karena menjadi pembela utama kejahatan perang Israel dan pemasok senjata terbesar.
Baca juga: Iran dan Mesir Serukan Solusi Diplomatik di Tengah Meningkatnya Ketidakamanan Regional
Dalam unggahan di akun X miliknya pada hari Kamis yang menandai ulang tahun pertama serangan udara Israel yang mematikan di sebuah rumah sakit Gaza, Esmaeil Baqaei mengecam AS dan Jerman karena menjadi pembela utama kejahatan Israel dan pemasok utama senjata mematikannya.
Hari ini menandai ulang tahun pertama serangan udara Israel di Rumah Sakit Mamdani, yang juga dikenal sebagai Rumah Sakit Ahli Arab, di Jalur Gaza.
Pada 17 Oktober 2023, Israel melancarkan serangan udara di rumah sakit tersebut, menewaskan lebih dari 500 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak yang terluka, banyak di antaranya mencari perlindungan dari pengeboman sebelumnya di wilayah yang terkepung tersebut.
“Rakyat Palestina, kawasan ini, dan sekitarnya tidak akan melupakan bahwa AS dan Jerman, sebagai pembela utama kejahatan perang Israel, juga merupakan pemasok senjata mematikan terbesar bagi rezim tersebut,” kata Baqaei.
Ia menambahkan bahwa kekejaman tidak memiliki batas “jika disertai dengan narsisme ideologis dan impunitas.”
Baqaei menekankan bahwa warga sipil tak berdosa di Gaza “dibantai secara brutal” selama serangan itu, menyebutnya sebagai salah satu kejahatan perang Israel di Gaza sebagai bagian dari perang yang lebih luas, yang telah menghadapi “kecaman global dengan suara bulat.”
Ia juga menganggap AS dan beberapa negara Eropa bertanggung jawab atas pembantaian Israel yang terus berlanjut di Gaza dan wilayah Palestina yang lebih luas dengan memberikan “impunitas penuh” kepada Tel Aviv.
Baca juga: Amerika.Iran Serukan Sikap Tegas SCO Terhadap Kejahatan Israel
“Keterlibatan dalam kekejaman sama menjijikkannya dengan kekejaman itu sendiri,” tegas Baqaei.
Perang genosida Israel di Gaza telah mengakibatkan kematian 42.438 warga Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Sementara itu, rezim tersebut telah menewaskan lebih dari 2.300 orang dan melukai hampir 11.000 orang di Lebanon sejak 8 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon.