Tehran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Husein Amir Abdullahian mengatakan bahwa Amerika Serikat memberikan pernapasan buatan kepada Israel setelah jatuhnya Tel Aviv akibat operasi militer Palestina, dan selanjutnya mengecam Washington karena melancarkan perang habis-habisan melawan Jalur Gaza yang terkepung.
Dalam postingan hari Minggu di X, Amir Abdullahian menyatakan Israel hancur ketika para pejuang Palestina melancarkan operasi militer multi-front, yang dijuluki “Badai Al-Aqsa”, pada awal Oktober, dan Zionis kini hidup dengan dukungan bantuan Amerika Serikat.
“Rezim Israel runtuh pada 7 Oktober dan sekarang hidup dengan bantuan pernapasan buatan Amerika,” tulis menteri tersebut.
Baca Juga : Iran Peringatkan Ancaman Besar Israel Dengan Senjata Nuklirnya
“Dunia sedang menyaksikan perang besar-besaran Amerika Serikat melawan Gaza,” tambah diplomat utama itu.
Komentar tersebut senada dengan pernyataan Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Husein Salami yang mengatakan bahwa kunjungan para pemimpin Barat ke Tel Aviv bertujuan untuk memberikan pernapasan buatan kepada Israel yang sedang sekarat. Salami menekankan upaya sia-sia tersebut tidak dapat menghentikan tren kejatuhan rezim Zionis.
Washington, tambah ketua IRGC, sedang berusaha untuk menyadarkan Tel Aviv setelah kekalahannya yang memalukan.
“Amerika Serikat memikul tanggung jawab atas perkembangan yang terjadi saat ini di Palestina karena mereka telah berusaha selama bertahun-tahun untuk menggambarkan rezim pendudukan sebagai malaikat demokrasi dan menciptakan citra positif bagi mereka,” lanjutnya.
Beberapa jam setelah operasi militer Hamas melawan Israel pada awal Oktober, para pejabat Amerika Serikat dan Eropa menjanjikan dukungan yang kuat dan teguh kepada Tel Aviv. Dalam beberapa minggu terakhir, Presiden Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan beberapa pemimpin Eropa lainnya mengunjungi Tel Aviv untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Israel.
Tehran mengatakan kunjungan para pemimpin Barat ke wilayah-wilayah pendudukan bertujuan untuk memberikan pernapasan buatan kepada Israel dan menunjukkan keprihatinan AS dan Eropa atas jatuhnya rezim Zionis.
Baca Juga : Iran: Israel Hidup Dengan Respirasi Buatan AS
AS juga telah menjanjikan dukungan yang tak tergoyahkan bagi Israel ketika militernya menghantam Gaza dengan pemboman, dan mengumumkan bahwa mereka akan menyediakan semua yang dibutuhkan Tel Aviv. Washington juga telah melakukan unjuk kekuatan besar-besaran di Timur Tengah sejak awal Oktober, dengan mengerahkan dua kelompok penyerang kapal induk ke Mediterania, serta sebuah kapal serbu amfibi yang membawa 2.000 pelaut dan marinir. Para pejabat AS mengklaim tindakan tersebut dimaksudkan untuk menghalangi pihak luar mengambil bagian dalam perang Gaza.
Para pejabat Iran mengatakan Amerika Serikat mengobarkan perang terhadap warga Palestina di Jalur Gaza melalui Israel, dan memperingatkan bahwa status saat ini di Asia Barat seperti tong mesiu yang bisa lepas kendali. Mereka menekankan kematian ribuan warga Palestina di Jalur Gaza adalah akibat dari pengiriman peralatan militer besar-besaran AS ke wilayah pendudukan, dan menyerukan pengadilan terhadap pejabat Israel dan Amerika Serikat atas kejahatan mereka terhadap rakyat Palestina. Mereka mencatat bahwa jika bantuan politik dan militer Washington kepada Zionis dihentikan, rezim tersebut tidak akan dapat melanjutkan kampanye militernya melawan wilayah yang terkepung.
Gaza adalah salah satu tempat terpadat di dunia, dimana sekitar 2 juta orang tinggal di wilayah seluas 140 mil persegi. Negara ini hampir sepenuhnya terputus dari dunia luar selama hampir 17 tahun. Lebih dari separuh penduduknya hidup dalam kemiskinan dan rawan pangan, dengan hampir 80% penduduknya bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Menyusul serangan multi-front oleh Hamas, Israel melakukan pemboman besar-besaran di Jalur Gaza, menewaskan hampir 11.200 warga Palestina, termasuk sedikitnya 4.500 anak-anak dan lebih dari 3.000 wanita, dan melukai lebih dari 30.000 lainnya, dan meratakan seluruh wilayah.
Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi bahwa sistem layanan kesehatan di wilayah yang terkepung telah runtuh total akibat perang Israel. Setidaknya 22 rumah sakit dan 49 pusat kesehatan tidak dapat beroperasi akibat serangan Israel, menurut kementerian kesehatan di daerah kantong tersebut.
Baca Juga : Bagaimana Pemukim Israel Dapatkan Hak Istimewa Dari Penindasan Warga Palestina
Tehran mengatakan sejarah rezim apartheid penuh dengan pembunuhan, pembantaian, penyiksaan terhadap anak-anak Palestina, dan menggambarkan kekejaman rezim Tel Aviv dan pembantaian terhadap perempuan dan anak-anak Palestina sebagai indikasi kemiskinan Zionis. Para pejabat Iran mengatakan rezim Tel Aviv telah berjuang selama lebih dari 70 tahun untuk keluar dari krisis identitasnya yang bercampur dengan genosida, penjarahan, pemindahan paksa dan sejumlah tindakan tidak manusiawi lainnya.