Tehran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Hussein Amir-Abdullahian mengatakan Israel membunuh seorang penasihat militer senior Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) di Suriah karena kekalahannya di sejumlah bidang politik, militer dan keamanan.
Amir-Abdullahian mengatakan pembunuhan Brigadir Jenderal Sayyid Razi Musawi, yang bertugas sebagai penasihat militer di Suriah, dilakukan karena kemarahan dan keputusasaan rezim atas kekalahannya sendiri.
Musawi menjadi martir dalam serangan udara teroris Israel di lingkungan Damaskus pada 27 Desember. Dia adalah rekan komandan anti-teror Iran Letnan Jenderal Qassem Soleimani, yang juga dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Irak pada Januari 2020.
Amir-Abdullahian mengatakan komandan IRGC yang terbunuh telah melakukan upaya besar untuk mewujudkan keamanan regional dalam menghadapi terorisme dan kejahatan rezim Israel di Asia Barat.
Diplomat terkemuka Iran menekankan bahwa pembunuhan Musawi tidak akan pernah melemahkan ketabahan Republik Islam dalam menjaga keamanan di kawasan, namun akan memperkuat tekad negara dalam hal ini.
Dia mengatakan Israel telah menderita dua kekalahan dalam kurun waktu 80 hari.
“Kekalahan pertama terjadi pada tanggal 7 Oktober ketika Israel mengalami keruntuhan politik dan keamanan dalam segala hal.”
Amir-Abdullahian merujuk pada dilancarkannya Operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, terhadap Israel.
Dan kekalahan kedua, kata menteri luar negeri, telah menimpa rezim tersebut selama 80 hari terakhir dalam hal militer setelah menghadapi perlawanan rakyat Palestina di Gaza.
Israel telah membunuh lebih dari 21.600 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, di Gaza sejak bulan Oktober itu. Lebih dari 56.100 orang juga terluka.
Namun, rezim tersebut gagal mewujudkan tujuan yang telah mereka nyatakan, termasuk pemusnahan Hamas yang berbasis di Gaza, memungkinkan pembebasan orang-orang yang ditawan selama Badai Al-Aqsa dan mendorong perpindahan paksa penduduk Gaza ke negara-negara tetangga.