Teheran, Purna Warta – Menteri Perdagangan Iran, Mohammad Atabak, berada di ibu kota Uzbekistan, Tashkent, pada hari Senin untuk mengadakan pembicaraan mengenai tarif perdagangan baru serta proposal untuk mengurangi hambatan bea cukai yang memengaruhi perdagangan antara kedua negara.
Atabak mengatakan bahwa perdagangan antara Iran dan Uzbekistan telah meningkat hampir 60% dalam tujuh bulan terakhir dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Namun, ini tidak cukup, dan kita harus segera menghilangkan hambatan-hambatan tertentu, terutama dalam transportasi kereta api dan jalan raya, masalah bea cukai, dan penandatanganan perjanjian perdagangan preferensial,” ujarnya.
Iran dan Uzbekistan mencapai kesepahaman awal untuk memulai negosiasi PTA saat kunjungan Menteri Perdagangan Uzbekistan, Laziz Kudratov, ke Teheran pada Oktober tahun lalu.
Perkiraan menunjukkan bahwa PTA antara kedua negara akan meningkatkan perdagangan bilateral menjadi $5 miliar per tahun dari nilai saat ini hanya $0,5 miliar.
Iran berharap PTA dengan Uzbekistan dapat menurunkan tarif secara signifikan atas ekspor barang-barang manufakturnya, termasuk gerbong kereta, turbin pembangkit listrik, baja, dan produk petrokimia.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi Teheran yang lebih luas untuk memperluas perdagangan dengan negara-negara regional dan sekutu di tengah sanksi yang membatasi aksesnya ke pasar-pasar Barat.
Iran juga mengupayakan akses yang lebih besar ke pasar-pasar di Asia Tengah, tempat negara-negara yang terkurung daratan mencoba mendapatkan keuntungan dari perdagangan di sepanjang koridor transportasi Timur-Barat dan Utara-Selatan yang sedang berkembang.
Uzbekistan adalah negara terpadat di Asia Tengah. Uzbekistan memiliki kedekatan budaya dan sejarah yang erat dengan Iran, sehingga memudahkan bisnis Iran untuk terlibat dalam perdagangan dengan mitra di negara tersebut.


