Tehran, Purna Warta – Komandan militer tertinggi Iran telah menggarisbawahi perlunya konsultasi terus-menerus dengan Suriah dalam menghadapi agresi Israel di wilayah tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Baqeri dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Suriah Ali Mahmoud Abbas di Teheran, Senin.
Baca Juga : Iran Tolak Tuduhan Berperan dalam Insiden Laut Merah dan Yaman
Ia mengatakan, rakyat Palestina yang tertindas dan tidak berdaya telah menciptakan sebuah epik besar dalam perjuangan melawan Israel sejak awal Oktober.
Ia menegaskan, perlawanan rakyat Palestina di Gaza terhadap serangan “terberat” Israel selama hampir enam bulan menunjukkan tingginya kekuatan dan kemampuan front perlawanan.
“Kejahatan Israel terhadap kemanusiaan telah mendiskreditkan para pendukungnya,” kata jenderal penting Iran itu.
Menteri Pertahanan Suriah mengatakan perkembangan global telah berubah setelah Operasi Badai al-Aqsa diluncurkan oleh kelompok perlawanan yang berbasis di Gaza melawan Israel.
Angkatan bersenjata Iran dan Suriah sebagai anggota front perlawanan telah membuat terobosan besar dalam hubungan timbal balik dan harus lebih meningkatkan hubungan di segala bidang, tambah Abbas.
Jenderal Iran dan kepala pertahanan Suriah bertukar pandangan tentang perkembangan di kawasan, khususnya perang genosida Israel di Gaza, dan mengutuk berlanjutnya kekejaman rezim dan tidak adanya tindakan di negara-negara tertentu.
Baqeri dan Abbas menekankan bahwa serangan Israel terhadap rakyat Palestina yang tertindas dan serangan udara terhadap Lebanon dan Suriah menunjukkan bahwa rezim tersebut telah gagal mencapai tujuan yang tidak sah.
Baca Juga : Raisi dan Putin Bicarakan Peningkatan Kerjasama Teheran-Moskow
Sejak dimulainya perang genosida Israel setelah Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, setidaknya 31.726 warga Palestina, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, telah kehilangan nyawa. Sebanyak 73.729 orang lainnya juga mengalami cedera.
Israel juga telah memberlakukan blokade menyeluruh di wilayah pesisir, memutus pasokan bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.