Teheran, Purna Warta – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan hak asasi manusia (HAM) AS dan Israel adalah dua sisi dari mata uang yang sama karena keduanya melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat terhadap tahanan.
Dalam postingan di akun X-nya pada hari Senin, Nasser Kan’ani mengatakan hasil penyelidikan yang dilakukan CNN menunjukkan bahwa pasukan militer rezim Israel menyiksa tahanan Palestina di pusat penahanan rahasia di wilayah Negev di Palestina yang diduduki.
Baca Juga : Media AS: Israel Gagal Melumpuhkan Perlawanan Hamas
“Hak asasi manusia Amerika dan Zionis adalah dua sisi dari mata uang yang sama, satu di Negev, dan yang lainnya di Guantanamo dan Abu Ghraib,” tulisnya.
Laporan CNN, yang dirilis pada hari Jumat, mengutip pernyataan dari pelapor yang bekerja di kamp penahanan militer Israel Sde Teiman yang menunjukkan bahwa rezim tersebut telah melakukan pelanggaran sistemik terhadap orang-orang yang ditahan selama perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Para saksi mengatakan para tahanan Palestina telah ditahan, ditutup matanya, dan dipaksa memakai popok selama masa penahanan mereka di Sde Teiman yang terletak di gurun Negev, di selatan wilayah Palestina yang diduduki Israel di dekat Gaza.
Narapidana tidak diperbolehkan bergerak, berbicara, atau bahkan mengintip ketika mata mereka ditutup sementara penjaga melepaskan anjing-anjing besar ke arah tahanan yang sedang tidur atau memukuli mereka karena dendam dan untuk membalas dendam, kata laporan penjara tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat malam, gerakan perlawanan Palestina Hamas mengatakan laporan CNN hanyalah puncak gunung es dan hanya mencerminkan sebagian kecil dari kekejaman yang dilakukan terhadap tahanan Palestina di “rumah jagal” rezim pendudukan.
Baca Juga : Jubir Iran: Keamanan Regional adalah Prasyarat untuk Kerjasama Ekonomi
Lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, tewas dalam perang yang dimulai Israel pada 7 Oktober 2023, menyusul operasi pembalasan yang dilakukan oleh gerakan perlawanan di wilayah Palestina.
Serangan militer brutal ini mendapat dukungan militer dan politik tanpa pamrih dari sekutu Barat rezim Israel, termasuk Amerika Serikat dan Perancis.