Baghdad, Purna Warta – Irak mengatakan serangan udara AS yang berulang kali di negara tersebut mendorong pemerintah Baghdad untuk mengakhiri kehadiran pasukan Amerika, dan menyebutnya sebagai penyebab ketidakstabilan.
Yahya Rasool, juru bicara militer Perdana Menteri Irak Shia’ al-Sudani, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa koalisi AS “telah menjadi faktor ketidakstabilan dan mengancam untuk melibatkan Irak dalam siklus konflik.”
Baca Juga : OKI Kecam Keputusan Argentina untuk Pindahkan Kedutaannya ke al-Quds
“Jalur ini mendorong pemerintah Irak lebih dari sebelumnya untuk mengakhiri misi koalisi yang telah menjadi faktor ketidakstabilan di Irak.”
Amerika Serikat memiliki 2.500 tentara di Irak dengan tujuan memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal untuk mencegah kebangkitan Daesh. Namun, mereka telah berulang kali menargetkan kelompok anti-teror yang terintegrasi dalam angkatan bersenjata resmi Irak.
Pada hari Rabu, militer AS menargetkan sebuah kendaraan dengan drone, menewaskan tiga orang, termasuk seorang komandan senior kelompok perlawanan Kata’ib Hizbullah Irak. Kelompok tersebut mengidentifikasi komandannya sebagai Abu Baqir al-Saadi.
Sejak perang Israel di Gaza dimulai pada bulan Oktober, kelompok anti-teror di Irak dan Suriah yang menganggap diri mereka sebagai bagian dari “poros perlawanan” regional hampir setiap hari terlibat dalam serangan balasan dengan pasukan AS yang ditempatkan di wilayah tersebut.
Agresi AS telah membuat gelisah pemerintah Irak yang mendorong Washington untuk membahas batas waktu penarikan pasukannya di negara Arab tersebut.
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein, dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menyerukan dimulainya kembali perundingan yang dihentikan sejak tiga tentara Amerika tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Yordania.
Pekan lalu, kantor Perdana Menteri Sudani mengatakan kehadiran pasukan AS di wilayah tersebut “telah menjadi alasan untuk mengancam keamanan dan stabilitas di Irak dan menjadi pembenaran untuk melibatkan Irak dalam konflik regional dan internasional.”
Baca Juga : PBB Ingatkan Risiko Kelaparan Meningkat dari Hari ke Hari di Jalur Gaza yang Dilanda Perang
Pengumuman kemarahan itu muncul setelah sedikitnya 16 warga Irak tewas dalam serangan udara AS yang diperintahkan oleh Presiden Joe Biden menyusul serangan pesawat tak berawak yang mematikan di pangkalan Amerika di Yordania.
Rasool kemudian memperingatkan bahwa tindakan yang diambil oleh Washington akan memiliki “konsekuensi yang menghancurkan bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan.”