Baghdad, Purna Warta – Irak telah memulai kembali diskusi dengan Amerika Serikat mengenai penghentian misi koalisi pimpinan AS, yang hadir di negara tersebut dengan kedok memerangi kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIL atau ISIS).
Baca Juga : Hamas Salahkan AS dan Biden Secara Pribadi atas Kematian Warga Palestina di Rafah
“Komisi tertinggi militer Irak pada hari Minggu melanjutkan pertemuannya dengan pasukan koalisi internasional di Bagdad,” kata Jenderal Yehia Rasool, juru bicara militer perdana menteri Irak.
AS menginvasi Irak pada tahun 2003 dengan alasan palsu menggunakan senjata pemusnah massal, yang mengakibatkan kehancuran dan kekacauan yang meluas.
Kampanye militer yang dipimpin oleh AS dan sekutunya dimulai kembali pada tahun 2014 dengan tujuan untuk memerangi Daesh, ketika kelompok tersebut muncul di Irak dan Suriah.
Militer AS mengumumkan akhir misi tempurnya di Irak pada tahun 2021 tetapi tetap mempertahankan sekitar 2.500 tentara sebagai penasihat, meskipun teroris dikalahkan oleh Baghdad dan sekutunya pada akhir tahun 2017.
Baca Juga : Iran Berharap Peningkatan Hubungan dengan Tiongkok
Rasool menyatakan bahwa pertemuan yang dilanjutkan kembali bertujuan untuk menetapkan batas waktu penarikan bertahap pasukan koalisi dari Irak.
“Pertemuan akan dilanjutkan secara rutin untuk mencapai tujuan komisi secepatnya,” tambahnya.
Perundingan awal dimulai pada 27 Januari namun terhenti setelah serangan pesawat tak berawak menewaskan tiga pasukan AS di sebuah pangkalan di Yordania, yang memicu serangkaian serangan mematikan oleh Washington di Irak dan Suriah.
Mantan perdana menteri Irak Adel Abdul-Mahdi mendesak Baghdad mengambil tindakan tegas untuk mengakhiri misi AS.
“Pemerintah Irak harus mengumumkan berakhirnya misi AS pada tanggal tertentu,” kata Abdul-Mahdi dalam wawancara dengan jaringan televisi Al-Alam.
Baca Juga : Menlu Iran di Suriah Bahas Plot AS Pasca Perang di Gaza
Dia menekankan bahwa pasukan Amerika harus pergi sesuai dengan keputusan pemerintah Irak.