Bagdad, Purna Warta – Irak memainkan peran utama dalam memfasilitasi gencatan senjata baru-baru ini antara gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, dan rezim Israel, menurut juru bicara pemerintah Basim al-Awadi.
“Irak memainkan peran utama dan penting dalam koordinasi antara (beberapa) negara, dan (pembicaraannya) merupakan kunci penting untuk mencapai hasil gencatan senjata antara Lebanon dan entitas pendudukan,” kata al-Awadi pada hari Rabu.
Ia menekankan komitmen Irak yang berkelanjutan untuk mendukung rakyat Gaza dan Lebanon hingga stabilitas tercapai.
Al-Awadi menggambarkan gencatan senjata sebagai langkah penting dalam mencegah konflik yang lebih luas dan menyatakan harapan bahwa hal itu dapat mengarah pada gencatan senjata serupa di Gaza.
Irak juga mengusulkan upaya rekonstruksi untuk Lebanon dan Gaza, dengan menyarankan agar pekerja di Irak menyumbangkan 1% dari gaji mereka untuk inisiatif ini.
Gencatan senjata, yang mulai berlaku pada pukul 04:00 waktu setempat (0200 GMT) pada hari Rabu, menyusul agresi Israel yang meningkat selama berbulan-bulan di Lebanon, di mana sedikitnya 3.823 orang tewas dan 15.859 orang terluka.
Israel, yang menghadapi kerugian besar dan gagal mencapai tujuannya, menyetujui gencatan senjata di bawah tekanan yang meningkat.
Gencatan senjata Lebanon telah memacu upaya diplomatik baru di Gaza, di mana Qatar dan Mesir memimpin negosiasi untuk gencatan senjata.
Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty untuk membahas perpanjangan proses perdamaian ke Gaza.
“Kami membahas perjanjian gencatan senjata di Lebanon. Dan kami menyampaikan harapan kami bahwa perjanjian ini akan menghasilkan gencatan senjata yang sesungguhnya, dan juga bahwa dampaknya akan meluas ke Jalur Gaza – mengakhiri penderitaan manusia ini sesegera mungkin,” kata Al Thani dalam konferensi pers bersama di Ibu Kota Administratif Baru Mesir.
Menteri luar negeri Mesir menyoroti upaya tanpa henti oleh kedua negara selama setahun terakhir untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan, menghentikan kekerasan terhadap warga Palestina, dan memfasilitasi pertukaran tahanan antara Israel dan Palestina.
Pembicaraan diplomatik di seluruh negara Arab, termasuk Qatar, Mesir, dan Yordania, telah diintensifkan sebagai tanggapan atas meningkatnya krisis kemanusiaan di Gaza.
Meskipun Hamas bersedia mempertimbangkan persyaratan gencatan senjata yang diusulkan, desakan Israel pada kondisi yang menguntungkan diri sendiri terus menghambat kemajuan.
Sejak 7 Oktober 2023, genosida Israel di Gaza telah mengakibatkan kematian sedikitnya 44.282 warga Palestina dan cedera pada 104.880 lainnya, yang semakin memperparah krisis.