Tehran, Purna Warta – Ekspor robot bedah penginderaan jarak jauh Sina Iran ke Indonesia sudah dilakukan, padahal sebelumnya Indonesia telah membeli robot bedah jarak jauh dari Amerika Serikat yang bernama robot Da Vinci.
Dalam musim panas ini, selama pertemuan virtual antara Sorena Sattari, Wakil Presiden Sains dan Teknologi, dan Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin, kontrak untuk impor robot bedah Sina dan pendirian dua pusat pelatihan bedah robotik canggih di kota Bandung dan Yogjakarta ditandatangani antara Sina Robotics dan Indopharma Indonesia.
Baca Juga : Menlu Iran: Kami Akan Kejar Pembangunan Ekonomi Iran Tanpa Melihat Pembicaraan Wina
Hingga Kamis pekan lalu, berita ekspor-impor dan pengiriman dua sampel operasi robot jarak jauh Sina ke dua rumah sakit besar di Indonesia telah banyak diliput media. Wakil Presiden Bidang Sains dan Teknologi juga memposting video kehadiran robot jarak jauh Sina Iran di Indonesia di halaman Instagram-nya dan menulis: “Dua robot bedah Sina telah diekspor ke Indonesia.”
Setelah kedatangan robot jarak jauh Sina di Indonesia dan keberhasilan perusahaan berbasis pengetahuan Iran dalam memasuki pasar global, Alireza Mirbagheri, CEO perusahaan Danesh Bonyan Iran dan produsen sistem operasi robot jarak jauh Sina dalam usaha untuk melanjutkan kerja sama bilateral antara Iran dan Indonesia di bidang bedah jarak jauh, mengatakan bahwa “setelah pengiriman dua sampel robot bedah dari Sinai ke Indonesia, Pelatihan dengan 80 ahli bedah Indonesia dilakukan untuk pengoperasian robot tersebut. Kami memiliki kemitraan selama 4 tahun dengan Indonesia, yang dimulai dengan pendirian Pusat Pelatihan Keterampilan Bedah Robotik Tingkat Lanjut berdasarkan platform asli Sistem Bedah Robot Pribumi Sinai. Pusat pelatihan tersebut akan didirikan di dua pusat kota, Bandung dan Yogyakarta, dan pusat penelitian tersebut telah dibuka pada tanggal 5 Desember 2021. Selama satu tahun kedepan, kami akan melatih 40 ahli bedah Indonesia di setiap kota yang dapat bekerja sama dengan tim ahli bedah Sina, dan kami akan memasuki tahap studi pra-klinis di Indonesia. Ini akan menjadi program tahun pertama.”
Baca Juga : Mantan Wakil Kepala Staf Militer AS: Iran, Rusia dan China Tantang Pemerintahan Biden
Produksi dan penjualan robot Sina di kawasan ASEAN
Ali Reza melanjutkan : “Pada tahun kedua, kami akan memasuki fase untuk mendapatkan lisensi teknis dan standar teknis, dan insya Allah kami akan menerima lisensi untuk studi klinis. Pada tahun ketiga, kami akan memasuki fase human clinical studies, dan setelah sukses di fase klinis dan mendapatkan lisensi akhir untuk memasuki pasar Indonesia dan ASEAN, kami akan memasuki fase produksi bersama di Indonesia. Produksi dan lisensi penjualan di wilayah ASEAN akan kami serahkan kepada pihak Indonesia.”
Kelebihan robot Sina dibanding robot lainnya
Ali Reza dalam masalah keunggulan Robot Sina mengatakan : “Dari awal membangun robot ini, kami menargetkan 6 keuntungan utama: Yang pertama adalah Robot ini sangat memperhatikan ergonomi bedah sehingga ahli bedah dapat melakukan operasi dalam kondisi yang lebih ergonomis daripada model robot lainnya. Dengan cara ini, jika dia lelah duduk, dia bisa berdiri dan melakukan operasi.”
Ali Reza menambahkan: “Kelebihan kedua dari robot yang kami produksi adalah diameter alat yang masuk ke dalam tubuh pasien. Dalam contoh robot buatan Amerika, diameter instrumen adalah 8 hingga 10 mm, tetapi kami mampu mencapai diameter 5 mm pada robot bedah Sina.”
Baca Juga : Peneliti Afrika: Strain Omicron Adalah Hasil Reaksi Dahsyat Antara Virus Covid dan HIV
Akses ke peralatan sekali pakai dengan biaya lebih rendah
“Keuntungan ketiga adalah untuk jenis alat yang digunakan model Amerika, setidaknya harus 6 hingga 10 kali setelah setiap operasi harus dicuci dengan mesin khusus di bawah tekanan air dan juga darah di dalamnya harus dikeringkan dan disterilkan. Proses ini membutuhkan mesin dan bahan khusus serta tenaga kerja untuk melakukannya. Infeksi juga dapat dimungkinkan terjadi pada pasien jikalau sterilisasi kurang berhasil. Pada Robot Sina, kami memiliki akses ke alat sekali pakai dan dapat menggunakan alat yang harganya mendekati alat bedah konvensional,” tambahnya.
“Keuntungan keempat adalah sistem robot Sina dirancang untuk terintegrasi dengan meja operasi, sehingga anda dapat memindahkan tubuh pasien dan meja operasi dan memutarnya selama operasi, dan ini sangat penting dalam pembedahan yang tidak mungkin dilakukan pada contoh Da Vinci sebelumnya,” tegas Ali Reza.
Ahli bedah Indonesia terkejut melihat Robot Sina
“Selain semua kemampuan unik ini, keuntungan penting lainnya yakni kelima dari robot Sina adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi ini di negara-negara berkembang. Artinya, robot biasanya harus dirancang sedemikian rupa sehingga biaya perangkat itu sendiri sangat besar, akan tetapi robot Sina tidak demikian, mulai biaya pemeliharaan dan biaya utilitas per operasi berkurang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan di negara-negara berkembang. Hal ini adalah salah satu pencapaian yang telah kami raih. Seolah-olah robot Da Vinci saat ini tersedia di Indonesia dan karena biaya penggunaannya yang sangat tinggi, maka tidak dapat digunakan dan tidak digunakan untuk operasi. Itulah mengapa ahli bedah Indonesia yang memiliki riwayat operasi dengan Da Vinci terkejut ketika melihat robot Sina dan sangat menyambutnya,” tambahnya.
Baca Juga : Perkembangan Kerjasama Iran dan Uni Emirat Arab
Rancang sendiri arsitektur bedahnya
“Pencapaian terakhir dan keenam kami adalah desain robot Sina adalah desain modular. Dalam arti bahwa anda memiliki 4 robot terpisah dalam arti bahwa anda dapat menempatkan masing-masing robot di kedua sisi meja operasi dan merancang arsitektur bedah sendiri. Fitur modularitas ini sangat membantu jika salah satu lengan perangkat patah, maka dapat dengan mudah diganti dengan lengan penggantinya. Dengan fitur ini, seluruh sistem tidak akan gagal dan anda dapat melanjutkan operasi dengan nyaman,” tega Ali Reza.
Ekspor Robot Sina sebagai pesaing Da Vinci Amerika
Ali Reza dalam persaingan dengan robot Da Vinci mengatakan : “Produk robot bedah telah diproduksi di Amerika Serikat selama sekitar 20 tahun lamanya. Kami telah bekerja di bidang ini selama sekitar 18 tahun dan karena keterbatasan yang kami miliki dalam investasi, kami tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang baik. Namun, kami telah berhasil memasuki pasar global dalam waktu yang lama. Monopoli AS untuk perusahaan saingan akan menyebabkan hal yang mengkhawatirkan. Ketika kami memulai 18 tahun yang lalu, kami mungkin adalah negara kedua yang memasuki bidang ini setelah Amerika Serikat, dan selama bertahun-tahun kami adalah negara kedua di bidang robot bedah jarak jauh. Namun baru-baru ini negara lain telah memasuki lapangan ini dan sejauh ini sekitar 5 atau 6 produk telah dikembangkan di dunia yang akan segera siap memasuki pasar dan kami tidak hanya pesaing Amerika Da Vinci, tetapi ada pesaing lain di pasar . Namun, di pasar internasional yang besar ini, perusahaan Iran ingin bersaing satu sama lain dan mengambil pangsa pasar sesuai dengan keunggulan kompetitif masing-masing.”
Baca Juga : Amir Abdullahian: Rezim Israel Palsu Adalah Penyebab Ketidakamanan di Kawasan