Hubungan Pulih, Iran akan Buka Kembali Kedutaan di Arab Saudi

Hubungan Pulih, Iran akan Buka Kembali Kedutaan di Arab Saudi

Tehran, Purna Warta Iran akan membuka kembali misi diplomatik kedutaan di Arab Saudi pada Selasa (6/6), kata Kementerian Luar Negeri Iran, beberapa bulan setelah kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi China untuk memulihkan hubungan setelah tujuh tahun putus.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media milik pemerintah Iran pada hari Senin, juru bicara kementerian Nasser Kanaani mengatakan kedutaan besar di Riyadh, konsulat jenderal Iran di Jeddah dan kantor Iran untuk Organisasi Kerjasama Islam akan secara resmi dibuka kembali pada hari Selasa dan Rabu di kehadiran diplomat top Iran dan Saudi.

Baca Juga : Jelang Kunjungan ke Riyadh, Menlu AS Desak Saudi Segera Normalisasi dengan Israel

Pernyataan Kanaani mengkonfirmasi komentar sebelumnya oleh sumber diplomatik di Riyadh yang mengatakan kepada AFP bahwa pembukaan kembali kedutaan akan berlangsung Selasa pukul 18:00. waktu setempat dengan kehadiran duta besar Iran yang baru diangkat.

Bulan lalu, Republik Islam Iran menunjuk diplomat kawakan Alireza Enayati sebagai duta besar baru negara itu untuk Riyadh. Enyati menjabat sebagai direktur jenderal Urusan Teluk Persia di Kementerian Luar Negeri Iran dan sebagai duta besar Iran untuk Kuwait. Pada bulan April, kedutaan Iran di Riyadh membuka gerbangnya untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun.

Hubungan antara Arab Saudi dan Iran mengalami pasang surut sejak Revolusi Iran 1979. Saat itu, negara Teluk Sunni khawatir negara Islam yang baru didirikan itu akan berusaha menyebarkan Syiah di wilayah tersebut.

Pada tahun 1987, polisi Saudi bentrok dengan peziarah di Makah, situs paling suci Islam, mengakibatkan kematian sedikitnya 400 orang, termasuk lebih dari 200 orang Iran. Sebagai tanggapan, pengunjuk rasa menggerebek kedutaan Saudi dan Kuwait di Teheran. Tahun berikutnya, Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran. Perpecahan itu berlangsung bertahun-tahun sebelum kedua negara melanjutkan hubungan pada tahun 1991.

Baca Juga : Tolak Kritik Israel, IAEA Sebut Iran Memenuhi Sebagian dari Komitmen Perjanjian

Namun, ketegangan kembali terjadi antara dua kekuatan regional tersebut pada tahun 2000-an di tengah perebutan kekuasaan atas pengaruh di wilayah tersebut. Konflik dengan cepat berubah menjadi perang proksi antara negara Teluk Sunni dan negara mayoritas Syiah, meluas ke seluruh wilayah, termasuk di Lebanon, Suriah, dan Yaman.

Perselisihan mencapai puncaknya pada tahun 2011 pada awal perang saudara Suriah setelah Iran melakukan intervensi di Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad. Arab Saudi serta negara-negara Teluk dan Arab lainnya memberikan dukungan mereka di belakang para pemberontak.

Di Yaman, kedua negara juga berselisih, mendukung pihak yang berseberangan dalam konflik. Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer beberapa negara, melakukan intervensi di negara tetangga Yaman pada 2015 setelah berulang kali menuduh Iran mempersenjatai pemberontak Houthi dan mengancam keamanan kerajaan.

Pada tahun 2016, Arab Saudi sekali lagi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah pengunjuk rasa menyerbu Kedutaan Besar Saudi di Teheran sebagai tanggapan atas eksekusi ulama pembangkang Nimr al-Nimr di kerajaan Teluk.

Baca Juga : Jarang Terjadi, Tiga Tentara Israel Tewas di Dekat Perbatasan Mesir

Baru-baru ini, ketika wilayah tersebut menyaksikan penataan kembali besar-besaran, termasuk kembalinya Suriah ke Liga Arab, China membantu menengahi kesepakatan pemulihan hubungan Saudi-Iran pada bulan Maret. Sejak itu, Arab Saudi juga setuju untuk memulihkan hubungan dengan Assad, sekutu utama Iran, dan memimpin upaya untuk memulihkan perdamaian di Yaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *