Beirut, Purna Warta – Media Lebanon mengatakan bahwa gerakan perlawanan Hizbullah dalam status siaga tinggi dan secara signifikan meningkatkan kesiapan tempurnya selama latihan militer rezim Israel berlangsung di wilayah pendudukan.
Surat kabar online berbahasa Arab Lebanon el-Nashra membuat pengumuman pada hari Sabtu (8/5) mengatakan bahwa Hizbullah berada pada tingkat siaga tertinggi sejak perang melawan Israel pada musim panas 2006.
Baca Juga : Surat Ismail Haniyah kepada Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Setelah Agresi Zionis di Yerusalem
Pada hari Minggu (9/5) Militer Israel memulai latihan militernya yang diklaimnya sebagai latihan “terbesar”. Latihan tersebut akan berlangsung sekitar satu bulan dan para peserta akan berlatih pertempuran dan skenario darurat di semua bidang.
Rezim Israel mengatakan bahwa latihan tersebut melibatkan pasukan reguler dan cadangan dari seluruh komando dan pasukan militer.
Sekretaris Jenderal Hizbullah sebelumnya mengumumkan bahwa pasukan perlawanan akan waspada selama latihan militer Israel dan memperingatkan Tel Aviv agar tidak melakukan kebodohan apa pun terhadap Lebanon.
Sayyid Hassan Nasrallah dalam pidatonya pada Hari Quds Internasional menekankan bahwa pasukan perlawanan akan mengambil tindakan defensif yang tidak terlihat dan selalu memantau manuver Zionis.
Baca Juga : Diplomat Iran : Konsensus Kunci Pembentukan Perdamaian di Afghanistan
“Saya beri tahu anda bahwa Kami di Lebanon akan siaga mulai Minggu pagi ketika manuver dimulai,” kata Nasrallah.
“Kami akan mengambil semua tindakan dengan tenang dan tidak terlihat. Kami akan berhati-hati, waspada, dan tidak akan membuat siapa pun di Lebanon khawatir. Saya peringatkan Israel agar tidak melakukan kesalahan apapun kepada Lebanon selama latihan, ” tegasnya.
Israel dan Lebanon secara teknis sedang berperang terus-menerus karena pendudukan atas wilayah Lebanon, termasuk peternakan Shebaa yang dikuasai rezim dalam perang pada tahun 1967.
Pada tahun 2000-an Israel melancarkan kembali dua perang yang secara eksklusif menargetkan Lebanon, namun dapat dipukul mundur oleh Hizbullah.
Dalam sesi ke-45 Dewan Hak Asasi Manusia pada September lalu, Lebanon menegaskan misi permanennya ke PBB bahwa merupakan hak bangsa Lebanon untuk mempertahankan kedaulatannya, dan mencatat bahwa Hizbullah merupakan bagian integral dari perlawanan.
Baca Juga : Mufti Al-Quds Kepada Negara-Negara Arab: Ucapan Tidak Diperlukan, Tindakan yang Diperlukan
Hizbullah didirikan setelah invasi dan pendudukan Israel tahun 1982 di Lebanon selatan. Sejak saat itu gerakan tersebut telah tumbuh menjadi kekuatan militer yang kuat dan berulang kali melakukan pukulan ke militer Israel termasuk selama perang 33 hari pada Juli 2006.
Tahun lalu, orang kedua di komando Hizbullah memuji pembebasan tahun 2000 di Lebanon selatan dari pendudukan Israel sebagai “titik balik” dalam sejarah Timur Tengah. Dia mengatakan kemenangan tersebut telah mengakhiri mitos bahwa militer Israel tak terkalahkan dan membantu memperkuat keyakinan generasi muda yang berjuang untuk membebaskan Palestina dari penjajah Israel.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang menjadi perantara gencatan senjata dalam perang tahun 2006 menyeru kepada Israel untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Lebanon.