Beirut, Purna Warta – Hizbullah melancarkan serangan drone ke markas militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki di utara, yang mengakibatkan jatuhnya korban di antara pasukan Israel, gerakan perlawanan Lebanon mengumumkan pada hari Senin.
Baca juga: Serangan Teroris Al-Shabaab di Somalia Mendapat Kecaman dari Iran
Hizbullah menargetkan Divisi ke-91 militer Israel yang baru didirikan di Barak Elit yang terletak di wilayah Galilea Atas dengan satu skuadron drone bunuh diri, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu menambahkan bahwa serangan itu menewaskan atau melukai beberapa pasukan Israel, khususnya menargetkan “posisi dan permukiman para perwira dan prajurit, mengenai mereka secara langsung dan mengakibatkan sejumlah orang tewas dan terluka.”
Kelompok itu mencatat serangan udara itu dilakukan untuk mendukung Gaza dan sebagai pembalasan atas pembunuhan Israel terhadap anggota Hizbullah selama serangan di beberapa kota Lebanon.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pasukan Hizbullah dan Israel telah saling tembak di sepanjang perbatasan selatan Lebanon.
Pada hari Minggu, Hizbullah menembakkan puluhan roket ke wilayah Palestina yang diduduki di utara sebagai tanggapan atas serangan mematikan Israel sebelumnya di Lebanon selatan. Lebih dari 50 roket diluncurkan ke pemukiman Beit Hillel di wilayah Galilea Atas, yang menyebabkan kebakaran, menurut berbagai media Israel.
Sejak 7 Oktober, militer Israel telah melancarkan serangan sporadis terhadap Lebanon selatan, bertepatan dengan perangnya di Gaza. Dalam langkahnya yang paling berani, Israel membunuh Fuad Shukr, seorang komandan militer senior Hizbullah dan penasihat Sekretaris Jenderal Seyed Hassan Nasrallah, pada hari Selasa.
Baca juga: Serangan Ganda Israel di Sekolah Gaza Tewaskan 30 Pengungsi Palestina
Selain itu, pada hari Rabu, pasukan Israel membunuh Ismail Haniyeh, yang berada di Teheran untuk pelantikan presiden baru Iran. Kepala Hamas dibunuh bersama pengawalnya, Wasim Abu Shaaban.
Pada hari Kamis, Nasrallah menyatakan bahwa perang Israel telah memasuki “fase baru” menyusul pembunuhan Shukr dan Haniyeh, dan memperingatkan bahwa Israel telah “melewati batas merah” dan harus bersiap menghadapi “kemarahan dan balas dendam di semua lini.”