Beirut, Purna Warta – Gerakan perlawanan Hizbullah menargetkan kompleks produksi senjata Rafael di wilayah Palestina utara yang diduduki Israel, menandai pembalasan awalnya terhadap serangan Israel baru-baru ini di Lebanon, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan orang.
Baca juga: Jumlah Korban Tewas Meningkat 45 Orang setelah Serangan Udara Israel di Beirut
Gerakan perlawanan Hizbullah mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka telah melancarkan serangan terhadap fasilitas industri militer Rafael, sebuah perusahaan pertahanan besar Israel yang berlokasi di wilayah Zevulun, utara Haifa.
Kelompok perlawanan tersebut menyatakan bahwa serangan tersebut, yang melibatkan puluhan roket Fadi 1, Fadi 2, dan Katyusha, merupakan demonstrasi solidaritas dengan warga Palestina di Gaza, sekaligus berfungsi sebagai “respons awal” terhadap “pembantaian brutal” yang dilakukan oleh Israel di berbagai wilayah Lebanon.
Pernyataan Hizbullah merujuk pada ledakan massal perangkat telekomunikasi, termasuk pager dan walkie-talkie milik anggota Hizbullah, yang meledak di Lebanon pada hari Selasa dan Rabu. Ledakan tersebut mengakibatkan kematian 42 orang dan menyebabkan hampir 3.500 orang lainnya terluka.
Temuan awal dari otoritas Lebanon menunjukkan bahwa perangkat tersebut telah ditanamkan dengan bahan peledak sebelum memasuki negara tersebut dan dipicu dari jarak jauh melalui pesan elektronik.
Laporan dari media AS mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan upaya terkoordinasi antara militer Israel dan badan mata-mata Mossad.
Baca juga: Yaman akan Berikan Tanggapan terhadap Rezim Israel
Hizbullah telah bersumpah untuk melakukan pembalasan lebih lanjut terhadap Israel.
Perusahaan Rafael, yang menjadi sasaran serangan Hizbullah hari Minggu, adalah salah satu kontraktor pertahanan terbesar Israel, yang memproduksi sistem canggih untuk kendaraan lapis baja, pertahanan rudal, dan berbagai jenis senjata berpemandu.