Beijing, Purna Warta – Harga minyak mentah melemah dan turun pada hari Selasa pagi (16/8) setelah dikeluarkan data ekonomi dari Cina. Cina adalah Importir minyak mentah terbesar dunia yang memicu kekhawatiran baru tentang potensi perlambatan global yang dapat membebani permintaan energi.
Baca Juga : Serangan terhadap Tentara Suriah Akan Ditanggapi Langsung dan Segera
Harga satu barel minyak mentah Brent North Sea turun 90 sen atau 1% menjadi 94 dolar dan 20 sen. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 81 sen, atau 0,9%, menjadi $88,60 per barel.
Kedua indeks minyak mentah penting tersebut mengalami penurunan sekitar 3% kemarin.
Harga jatuh setelah data ekonomi Cina yang mengecewakan. Bank sentral negara itu memangkas suku bunga pinjaman untuk menghidupkan kembali permintaan, karena data menunjukkan ekonomi negara itu secara tak terduga melambat pada bulan Juli, dengan aktivitas pabrik dan ritel di bawah tekanan karena kebijakan pandemi Covid-19 dan krisis properti Beijing yang lebih keras.
Investor juga memantau negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Menurut analis, pasokan minyak dapat meningkat jika Iran dan Amerika Serikat menerima proposal UE.
Baca Juga : Uni Eropa Pelajari Tanggapan Iran Terhadap Usulan Teks Tentang Kebangkitan JCPOA
Iran pada Senin menanggapi rancangan teks “final” UE untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015, kata seorang pejabat UE, tetapi tidak memberikan perincian tentang tanggapan Iran terhadap teks tersebut. Menteri luar negeri Iran telah meminta AS untuk menunjukkan fleksibilitas dalam menyelesaikan tiga masalah yang tersisa.