Damaskus, Purna Warta – Sebuah pemantau perang yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa penguasa baru di Suriah telah menahan hampir 300 orang dalam penumpasan besar-besaran terhadap loyalis Presiden Bashar al-Assad menyusul jatuhnya pemerintahannya awal bulan ini.
Rami Abdel Rahman, kepala organisasi yang disebut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), memberikan pernyataan pada hari Minggu (29/12) setelah pemerintahan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) meluncurkan kampanye penangkapan luas terhadap loyalis Assad awal pekan ini.
“Dalam waktu kurang dari seminggu, hampir 300 orang telah ditahan di Damaskus dan sekitarnya, serta di Homs, Hama, Tartus, Latakia, dan bahkan Deir Ezzor,” kata Abdel Rahman.
Ia melanjutkan bahwa di antara mereka yang ditangkap adalah mantan informan, pejuang pro-pemerintah, mantan tentara, serta perwira militer berpangkat rendah.
Abdel Rahman juga mencatat bahwa “kampanye ini masih berlangsung, tetapi belum ada tokoh terkemuka yang ditangkap” kecuali pejabat militer bidang keadilan, Jenderal Mohammed Kanjo Hassan, yang diduga mengeluarkan hukuman mati terhadap tahanan di penjara Sednaya.
Kantor berita resmi Suriah, SANA, juga melaporkan penangkapan pekan ini yang menargetkan pejuang loyalis Assad di provinsi Hama dan Latakia, di mana senjata dan amunisi disita, namun tanpa memberikan angka pasti.
Para militan yang dipimpin oleh HTS mengambil alih Damaskus pada 8 Desember dan mengumumkan berakhirnya kekuasaan Assad dalam sebuah serangan mengejutkan yang diluncurkan dari basis mereka di barat laut Suriah, mencapai ibu kota dalam waktu kurang dari dua minggu.
Pemerintahan HTS telah berulang kali mengklaim akan menghormati hak semua sekte dan agama di Suriah.
Namun, situasi tetap sangat tidak stabil dan rapuh, dengan potensi risiko bentrokan lebih lanjut seiring meningkatnya sentimen sektarian di tengah ketidakstabilan politik yang terus berlangsung dan tekanan terhadap kelompok minoritas.