Ramalla, Purna Warta – Gerakan perlawanan Palestina Hamas dan Jihad Islam memuji keputusan Aljazair yang memuruskan mundur dari konferensi internasional yang akan diikuti oleh perwakilan dari Israel.
Juru bicara Hamas Hazem Qassem menganggap langkah Aljazair adalah sikap yang dapat mewakili “nasional dunia Arab” terhadap tren normalisasi regional yang difasilitasi AS dengan rezim pendudukan yang dimulai pada September 2020 lalu, seperti dilaporkan surat kabar Mesir Alshorouk pada Minggu (14/2) mengutip Pusat Informasi Palestina.
Keputusan tersebut, tambahnya, menunjukkan bahwa masalah Palestina “terkait dengan hati nurani bangsa Aljazair, yang membela perjuangan Palestina di semua tingkatan.”
Anggota parlemen Aljazair dijadwalkan menghadiri telekonferensi yang diselenggarakan oleh Jaringan Parlemen Internasional, sebuah badan yang berusaha untuk memperkuat kontak di antara badan-badan legislatif dunia. Namun, para anggota parlemen Aljazair mundur pada hari kedua atas perintah negara setelah anggota Knesset (parlemen Israel) menyatakan akan bergabung dalam konferensi tersebut.
Anggota parlemen Aljazair telah mengajukan RUU ke parlemen negara yang bertujuan mengkriminalkan pemulihan hubungan dengan rezim Israel. RUU itu disusun setelah Presiden Aljazair Abdel-Majid Tebboune yang mengumumkan secara terbuka pada 20 September 2020 bahwa negaranya menentang détente dengan Tel Aviv.
Nafez Ezam, anggota Biro Politik Jihad Islam, juga mengomentari posisi Aljazair yang pro-Palestina tersebut. Dia mengatakan, rakyat dan pemimpin negara Afrika Utara selalu mengambil keputusan seperti itu mengingat rasa tanggung jawab mereka terhadap Palestina.
Ezam menyebut, “menghadapi normalisasi dengan musuh Zionis sebagai kewajiban agama dan moral”.
Israel mengklaim keberadaannya pada tahun 1948 setelah menduduki sebagian besar wilayah regional dalam perang yang didukung Barat. Pada tahun 1967, rezim itu menduduki wilayah yang lebih luas lagi, termasuk wilayah Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dalam serangan agresi lainnya.
Hamas dan Jihad Islam bermarkas di Gaza. Rezim Israel menarik diri dari wilayah itu pada tahun 2005, tetapi tetap mempertahankannya di bawah pengepungan yang melumpuhkan dan serangan militer reguler.
Baca juga: Anggota Parlemen Eropa: Israel Adalah Rezim Apartheid