Al-Quds, Purna Warta – Sebuah surat kabar Zionis menulis dalam sebuah memo menyebutkan bahwa Rusia, Cina dan Iran telah menyadari bahwa tatanan dunia Amerika telah berakhir dan presiden baru AS tidak akan dapat memulihkannya.
Surat kabar Zionis Haaretz pada hari Senin (27/12) mengakui dalam sebuah memo menyebutkan bahwa Rusia, Cina dan Iran mengetahui bahwa tatanan dunia Amerika Serikat telah berakhir.
Baca Juga : Jawab Ancaman Israel, Iran Gelar Latihan Militer Besar-Besaran
“Fakta bahwa Rusia berhasil meredakan ketegangan, dengan mempertimbangkan laporan baru-baru ini di media Barat tentang pergerakan dan pengerahan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina dan kembalinya puluhan ribu tentara Rusia ke pangkalan setelah latihan di daerah ini,” kata memo surat kabar tersebut.
Haaretz menulis: “Tidak ada kepastian bahwa Putin berencana akan meluncurkan serangan skala penuh, bahkan mungkin tanpa melakukan serangan sama sekalipun secara tidak langsung telah mengekspos kelemahan pemerintah Ukraina dan aliansi NATO Barat, yang tanpa malu-malu secara eksplisit menyatakan bahwa pihaknya tidak akan pergi tanpa bantuan Ukraina.”
“Ini adalah yang kedua kalinya Rusia mengerahkan sejumlah besar pasukan di perbatasan Ukraina. Pada bulan April, pasukan pernah dikerahkan tanpa menembakkan satu peluru pun ke perbatasan, dan hal yang sama kemungkinan akan terjadi dalam beberapa minggu mendatang. Bahkan, andaipun pasukan Rusia tidak memasuki wilayah Donbas, dan jantung industri Ukraina tidak dijadikan sasaran, serta pelabuhan utama Odessa tidak direbut- seperti yang mereka lakukan dalam latihan – latihan yang telah Rusia lakukan selama periode ini tidak akan dianggap gagal,” tambah memo Haaretz.
Baca Juga : Khatibzadeh: Iran Tidak Memerlukan Izin Dari Siapa Pun Untuk Program Pertahanan
“Apakah Putin berniat menyerang Ukraina atau tidak, dia pasti ingin tetangganya dan seluruh dunia percaya bahwa pihaknya mampu melakukannya. Meskipun Putin, seperti halnya kaum nasionalis Rusia lainnya percaya bahwa Ukraina bukanlah sebuah negara sendiri, bahkan Ukraina suatu saat harus kembali menjadi bagian dari Rusia. Hal ini tidak berarti bahwa pihak Rusia tidak siap untuk menerima risiko untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih besar dan biaya yang lebih banyak daripada aneksasi Ukraina pada tahun 2014. Keseimbangan kekuatan militer Rusia tidak diragukan lagi, tetapi Ukraina juga di sisi lain akan berjuang keras mempertahankan dirinya, ” lanjut memo Haaretz.
Memo Haarets mengatakan “Bahkan tanpa memerintahkan serangan sedikit pun, Putin mampu menghapus gagasan intervensi militer Barat di Ukraina dan secara dramatis hal ini dapat menjatuhkan posisi Volodymyr Zelensky sebagai presiden Ukraina. Putin sekali lagi memberikan pukulan keras terhadap apa yang disebut Barack Obama sebagai hukum Tatanan Dunia Amerika.”
Surat kabar Zionis tersebut menambahkan: “Hal ini juga terjadi selama masa Donald Trump, yakni ketika Amerika Serikat mengabaikan komitmennya terhadap ‘tatanan dunia’ tersebut, dan sekarang pun masih berlaku. Dengan berkuasanya Joe Biden di Gedung Putih, Rusia tidak sendirian dalam menertawakan ‘hukum tatanan dunia’ ini. Putin tidak akan kehilangan apa pun jika pasukan Rusia dikerahkan dalam beberapa minggu mendatang. Pihaknya telah membuktikan kemampuannya untuk dapat menentukan waktu dan target serangan. Hal yang sama berlaku untuk China, yang telah berulang kali melanggar sanksi udara dan laut Taiwan pada tahun 2021.”
Baca Juga : Iran Menutup Penerbangan Dari dan Ke 12 Negara
“Presiden China Xi Jinping memiliki alasan bagus untuk tidak bertaruh pada serangan di pulau tetangga, tetapi pihaknya hanya memberikan memperingatkan kepada dunia bahwa Serangan tersebut ada dalam genggamannya. Orang Taiwan akan merdeka selama dia mengizinkan. Pesan China sebenarnya adalah Taiwan bukanlah entitas yang terpisah dan pada masa peminjaman wilayah, mereka masih bisa hidup dan tidak ada pihak mana pun yang bisa mengubah hal itu. Tidak peduli apa yang dikatakan para pemimpin Taiwan, Amerika Serikat sebenarnya tidak ingin berperang untuk negara yang jauh dan setelah menarik diri dari Afghanistan. Pastinya peperangan ini tidak akan terjadi di bawah pemerintahan Biden,” tegas memo Haaretz.
“Meskipun Iran tidak memiliki kekuatan global yang sama dengan Rusia dan China, pihaknya telah mengadopsi taktik serupa tahun ini dalam negosiasi yang sulit dan lambat untuk kembali pada kesepakatan nuklir. Dalam tiga setengah tahun terakhir, sejak Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran dan memberlakukan sanksi tekanan maksimum, Iran telah mampu membuktikan kepada dunia Internasional bahwa negaranya mampu bertahan di bawah tekanan ini. Iran berhasil mengembangkan kemampuan nuklirnya dan melengkapi kekuatan proksinya di kawasan,” pesan memo Haaretz.
Haaretz menulis bahwa dengan pemerintahan baru Iran saat ini, kekhawatiran beberapa kesepakatan dan negosiasi sebelumnya hilang dan tim perunding baru tidak akan berkompromi lebih luas.
Baca Juga : [KARIKATUR] – Super Canggih! Drone Iran Dapat Hancurkan Apapun
“Iran tidak perlu banyak berpikir melewati segala rintangan. Iran tidak perlu melanjutkan cadangan uraniumnya untuk penggunaan militer. Telah terbukti bahwa meskipun ada sanksi, sabotase dan pembunuhan terhadap ilmuwan yang dikaitkan dengan Israel, Iran mampu mencapai titik di mana pihaknya dapat melakukannya hanya dalam beberapa bulan. Iran dapat bermanuver di ambang ini dan mampu menjadwalkannya. Di sisi lain Amerika Serikat tidak akan mampu menghentikan kemajuan Iran, bahkan Israel mungkin tidak memiliki kapasitas penuh untuk melawannya, terlepas dari klaim arogan dari beberapa pemimpin dan komandan Israel,” lanjut Haaretz.
Haaretz menyimpulkan, “Jika ada yang memiliki ilusi bahwa undang-undang tatanan dunia Amerika akan dihidupkan kembali dengan kedatangan Presiden baru di Gedung Putih. Tahun 2021 adalah tahun ketika undang-undang tatanan dunia bagi Barat jelas tidak bekerja. Dan Rusia, China, dan Iran setuju akan hal tersebut.”
Memo surat kabar Zionis ini diterbitkan pada hari ketika Ali Bagheri, negosiator senior Republik Islam Iran, dan delegasi yang menyertainya tiba di Wina untuk berpartisipasi dalam pembicaraan putaran ketujuh antara Iran dan kelompok P4 +1.
Baca Juga : Bukan Hanya Tolak Isolasi Tehran, Emirat Juga Nafikan Opsi Militer Vs Iran
Pembicaraan putaran kedelapan dijadwalkan akan dimulai malam ini (Senin, 27/10) di Hotel Coburg di Wina, dengan pertemuan Komisi Gabungan anggota JCPOA.
Menteri Luar Negeri Husein Amir Abdullahian mengatakan hari ini bahwa “dalam pembicaraan Wina, kami mengesampingkan dokumen Juni 2020 dan mengambil dokumen baru. Kita harus mencapai titik di mana minyak Iran dijual dengan mudah dan tanpa pembatasan apa pun. Uang minyak harus disimpan di rekening bank Iran dalam perantaraan mata uang asing.”
Sementara itu, Damien Hinds, Wakil Menteri Luar Negeri Inggris untuk Urusan Keamanan dan Perbatasan mengatakan kepada pemberitaan Telegraph hari ini bahwa Rusia, China dan Iran telah disiapkan dengan berbagai cara untuk spionase lapangan, serangan siber dan terlibat dalam kampanye berita palsu terhadap London.
“Tiga negara yang saya sebutkan memiliki kemampuan fisik dan kehadiran yang besar di dunia maya yang dapat digunakan dalam skala besar,” tambah Hinds.
Baca Juga : Zionis: Kami Mampu Serang Iran, Tapi Setelahnya Kami Khawatir!
Pernyataan Hinds datang beberapa hari setelah penembakan simultan rudal balistik pada latihan militer ke-17 Republik Islam Iran, hal ini membuat marah Menteri Luar Negeri Inggris Liz Terrace.