Damaskus, Purna Warta – John Kirby menyatakan bahwa Washington tidak memiliki keputusan untuk mengurangi sanksinya terhadap Suriah atau menarik pasukannya dari wilayah negara ini.
Menurut laporan kantor berita Rai Alyoum, John Kirby, koordinator hubungan strategis di Dewan Keamanan Nasional AS, mengatakan: Kehadiran AS di Suriah tidak banyak, hanya seribu tentara AS yang hadir di wilayah terbatas di negara ini. Misi para prajurit ini terbatas untuk menghadapi kelompok teroris ISIS.
Dia mengatakan bahwa Gedung Putih tidak memiliki keputusan untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Suriah, bahkan bertekad untuk terus memerangi ISIS.
Kirby juga menjelaskan bahwa Washington tidak memiliki keputusan untuk mengurangi sanksi terhadap Suriah atau menarik pasukannya dari wilayah negara ini.
Adapun fakta di lapangan menyebutkan bahwa pencurian minyak Suriah oleh pasukan ilegal Amerika Serikat telah meningkat seiring dengan perkembangan terakhir di Rusia dan Ukraina dan pengenaan sanksi ekstensif terhadap Moskow sebagai pengekspor utama minyak dan energi di dunia, pasar minyak dunia telah terpengaruh dan harga minyak di pasar dunia telah meningkat karena penolakan untuk membeli minyak dari Rusia.
Dengan kekalahan kelompok teroris ISIS sebagai lengan militer Amerika Serikat di Suriah pada bulan Desember 2016, pasukan Amerika langsung menggantikan posisi kelompok ini dan sejak saat itu mereka mulai mengekstraksi dan mencuri minyak Suriah menggantikan peran ISIS.
Amerika Serikat telah meningkatkan kehadirannya di daerah kaya minyak Suriah dengan mengirimkan pasukan militer dan peralatan mereka; Sebuah kehadiran yang telah menyebabkan pencurian minyak secara besar-besaran dan berkelanjutan.
Pemerintah Suriah telah berulang kali menekankan bahwa milisi yang berafiliasi dengan AS di timur dan timur laut negara ini tidak memiliki tujuan lain selain menjarah minyak Suriah dan kehadiran ilegal mereka harus segera diakhiri.
Pada tanggal 9 Agustus, Kementerian Perminyakan Suriah mengumumkan dalam sebuah laporan tentang jumlah produksi minyak di negara ini bahwa pasukan pendudukan AS dan tentara bayaran mereka – milisi Kurdi yang dikenal sebagai “Pasukan Demokratik Suriah” (SDF) – mencuri 66.000 barel minyak Suriah setiap hari, atau dengan kata lain, sekitar 83% dari produksi minyak harian negara itu dari ladang minyak yang diduduki di timur Suriah dan dikirim ke pangkalan mereka di Irak.
Menurut data kementerian ini, sejak awal perang hingga pertengahan tahun ini, ladang minyak Suriah telah mengalami kerugian besar sekitar 105 miliar dolar AS akibat operasi pencurian minyak oleh Amerika Serikat.
Kementerian Perminyakan Suriah juga mencontohkan bahwa selain kerugian material yang ditimbulkan pada sektor minyak negara itu, tindakan Amerika Serikat dan milisi yang berafiliasi dengan negara ini di Suriah juga telah menimbulkan korban jiwa, seperti 235 orang tewas, 46 orang terluka, dan 112 orang diculik.
Sumber-sumber lokal di Suriah telah berulang kali melaporkan bahwa pasukan AS yang ditempatkan di timur negara itu menyelundupkan minyak curian dan biji-bijian Suriah ke negara-negara tetangga.
Selama satu dekade perang melawan Suriah, Amerika Serikat telah mendukung milisi separatis di negara ini dengan dalih memerangi terorisme dan ISIS dan telah menduduki wilayah-wilayah kaya minyak Suriah.
Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat, sebelumnya telah menyatakan dengan jelas bahwa kehadiran militer negara ini di Suriah adalah karena sumur-sumur minyak Suriah.