Beirut, Purna Warta – Mantan Menlu Lebanon, Gebran Bassil menyatakan bahwa partainya belum memutuskan apakah akan bergabung dengan pemerintahan baru atau tidak.
Kepada surat kabar Prancis, Gebran Bassil menjelaskan, “Pemerintah seperti bangunan yang tidak bisa dipasang atapnya tanpa menyelesaikan gedung. Hingga saat ini belum jelas model pemerintahan dan pembagian kursi, maka tidak bisa juga nama-nama menteri diumumkan.”
Resolusi Taif, menurut Bassil, telah menjelaskan partisipasi Presiden dan PM dalam pembentukan pemerintahan. “Bagaimana mungkin Perdana Menteri menentukan semua menteri?.”
“Perjanjian partaiku (Free Patriotic Movement) dengan Hizbullah akan menjaga Lebanon. Warga Lebanon telah membuka pintu lebar-lebar untuk menciptakan pemerintahan. Karena mereka yakin bahwa dua partai besar Kristen dan Muslim akan melahirkan pemerintahan,” tambahnya.
Gebran Bassil menolak kabar permasalahannya dengan Hizbullah dan menyatakan, “Jika demikian, Amerika tidak akan memboikot kita. Mereka yakin bahwa saya tidak akan menyerah begitu saja karena sanksi.”
Mengenai isu perang dengan Nabih Berry, Gebran Bassil mengatakan, “Saya berusaha bekerja dengannya melihat kedudukannya di tengah masyarakat. Namun ada beberapa pihak yang kerjanya adu domba antar kita.”
Adapun hubungannya dengan Saad Hariri, ia menjelaskan, “Hubunganku dengan Saad Hariri seperti cinta dan dendam. Cinta dariku dan dendam dari Saad.”
Resolusi yang disinggung Gebran Bassil adalah resolusi yang dicapai antara Hizbullah dengan Michel Aoun, Presiden Lebanon, pada tanggal 6 Februari 2006 di gereja Mar Mikhael. Inilah akar hubungan kedua belah pihak.
Baca juga: Seorang Wanita Lebanon Dijatuhi Hukuman 3 Tahun Penjara Karena Hubungannya dengan Rezim Zionis