Damaskus, Purna Warta – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang berkali-kali mengklaim siap bernegosiasi dengan pemerintah Suriah itu mengatakan tidak akan menarik pasukan dari wilayah Suriah.
Presiden Turki itu menekankan pada Jumat malam bahwa Ankara tidak berniat untuk menarik pasukannya dari Suriah dan akan tetap berada di negara ini.
Baca Juga : Newsweek: Biden Kalah dalam Pertempuran Terbesar di Suriah
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Erdogan mengklaim bahwa alasan pasukan Turki tetap berada di Suriah adalah karena ancaman teroris terhadap negara kita [dari Suriah] masih ada. Satu-satunya alasan kehadiran militer kita di Suriah adalah untuk memerangi terorisme.
Sejak 2016, Turki telah memperluas kehadiran militernya di utara dan timur laut Suriah dengan dalih melawan kebangkitan milisi Kurdi. Militan yang menurut pejabat Ankara memiliki hubungan mendalam dengan elemen PKK.
Pada tanggal 24 Agustus 2016, tentara Turki dan kelompok-kelompok teroris sekutunya termasuk kelompok Tentara Bebas, melakukan operasi “Perisai Efrat” di wilayah Suriah, dengan dalih memerangi Kurdi. Dan mereka menduduki wilayah di utara provinsi Aleppo, termasuk Jarablus.
Pada tanggal 20 Januari 2018, operasi “Ranting Zaitun” dilakukan di wilayah “Afrin” di provinsi Aleppo.
Baca Juga : Kemarahan Oposisi Suriah atas Hadirnya Bashar Al-Assad di Pertemuan Jeddah
Pada tanggal 9 Oktober 2019, operasi ” Mata Air Efrat” dimulai di provinsi Aleppo, Hasakah dan Raqqah kemudian diakhiri dengan pendudukan wilayah di jalur perbatasan provinsi Raqqah.
Erdogan juga mengatakan bahwa Turki berbagi perbatasan dengan Suriah dengan jarak lebih dari 900 kilometer dan keberadaan perbatasan yang panjang ini telah membuat “seluruh negara kita menghadapi ancaman terorisme”.
Dia membahas masalah pengungsi Suriah yang ada di Turki dan mengklaim bahwa negara ini menjamin kembalinya para pengungsi.
Presiden Turki juga mengklaim bahwa Ankara berencana membangun perumahan di Suriah agar sekitar satu juta pengungsi dapat kembali ke negaranya.
Bertentangan dengan klaim Erdoğan, parlemen Suriah mengumumkan bulan lalu bahwa pemerintah Turki telah menggusur ratusan ribu warga Suriah dengan operasi militernya dan berencana untuk mengubah struktur populasi negara tersebut.
Baca Juga : Ini ‘Harga’ yang Dipatok Saudi untuk Normalisasi dengan Israel
Sebelum pemilihan presiden di negara ini, presiden Turki mengambil isyarat untuk bernegosiasi dengan pemerintah Suriah dan menjalin kembali hubungan dengan Damaskus, tetapi para pejabat Suriah, terutama Bashar Al-Assad, presiden negara ini, mempertimbangkan pernyataan Erdogan tentang negosiasi tersebut yang digunakan untuk kepentingan pemilihan umum. Bashar Al-Assad menekankan bahwa penarikan pasukan Turki adalah syarat pertama untuk dimulainya negosiasi.