Purna Warta – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Suriah Bashar al-Assad diperkirakan akan bertemu bulan depan, seiring kedua negara bertetangga tersebut mengambil langkah menuju normalisasi hubungan diplomatik setelah jeda selama lebih dari satu dekade.
Baca juga: Para Pengunjuk Rasa Desak PM Australia Berikan Sanksi Kepada Israel atas Genosida di Gaza
Surat kabar berbahasa Turki Türkiye, mengutip sumber-sumber pemerintah, melaporkan pada hari Sabtu (27/7) bahwa kedua kepala negara kemungkinan akan bertemu sekitar bulan Agustus di gerbang perbatasan Yayladagi-Kasab.
Laporan tersebut menambahkan bahwa kedua pemimpin tersebut awalnya seharusnya mengadakan pertemuan di Irak, namun mereka sekarang akan bertemu di perbatasan antara provinsi Hatay di Turki selatan dan provinsi Latakia di Suriah barat.
Türkiye mencatat bahwa otoritas intelijen yang terlibat dalam potensi pemulihan hubungan antara Ankara dan Damaskus telah mengadakan tiga pertemuan baru-baru ini.
Perkembangan terkait, Sergei Naryshkin, kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, penerus utama Direktorat Utama Pertama KGB, baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan Ibrahim Kalin, direktur Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki.
Kedua pejabat bertukar pandangan mengenai kapan dan dimana Assad dan Erdogan akan bertemu.
Turki memutuskan hubungan dengan Suriah pada Maret 2012, setahun setelah negara Arab tersebut berada dalam cengkeraman kekerasan mematikan yang dilakukan oleh militan yang didukung asing, termasuk yang diduga didukung oleh Ankara.
Proses normalisasi hubungan antara Ankara dan Damaskus dimulai pada 28 Desember 2022, ketika menteri pertahanan Rusia, Suriah dan Turki bertemu di Moskow, yang merupakan pertemuan tingkat tertinggi antara kedua pihak sejak pecahnya konflik Suriah.
Sejak tahun 2016, Turki telah melakukan tiga operasi darat besar-besaran terhadap militan dukungan AS yang berbasis di Suriah utara.
Baca juga: Iran Larang Ekspor Produk Coca-Cola dari Wilayahnya
Pemerintah Turki menuduh militan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang didukung AS memiliki hubungan dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Suriah menganggap kehadiran Turki di wilayahnya ilegal dan menyatakan bahwa pihaknya berhak mempertahankan kedaulatannya melawan pasukan pendudukan.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengaitkan pemulihan hubungan dengan Turki dengan berakhirnya pendudukan Ankara di bagian utara negara Arab tersebut dan dukungannya terhadap kelompok militan yang menimbulkan kekacauan dan berperang melawan pemerintah Damaskus.