Doha, Purna Warta – Emir Qatar Syaikh Tamim bin Hamad Al Thani telah menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan Israel di Jalur Gaza, dan mendesak komunitas internasional untuk tidak memberikan otorisasi tak terbatas kepada rezim pendudukan untuk membunuh warga Palestina.
Baca Juga : Tawanan Israel: Hamas Memperlakukan Kami dengan Baik
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam pidato tahunannya di pembukaan Dewan Syura Qatar pada hari Senin (23/10) ketika kampanye pemboman berdarah Israel di Gaza yang terkepung, rumah bagi lebih dari 2 juta orang, memasuki hari ke-18.
“Kami bilang cukup. Israel tidak boleh diberikan lampu hijau tanpa syarat dan izin tidak terbatas untuk membunuh,” kata Syaikh Tamim.
Ia juga menyalahkan komunitas internasional karena menutup mata terhadap anak-anak Palestina, dan menambahkan, “Kami tidak menerima standar ganda dan bertindak seolah-olah kehidupan anak-anak Palestina tidak diperhitungkan, seolah-olah mereka tidak memiliki wajah atau nama. ”
Emir Qatar lebih lanjut mengatakan bahwa tindakan kekerasan Israel di Palestina bertentangan dengan semua hukum internasional dan moral agama dan sosial. “Kami menyerukan sikap serius regional dan internasional terhadap eskalasi berbahaya yang kita saksikan, yang mengancam keamanan kawasan dan dunia,” tambahnya.
Qatar saat ini terlibat dalam upaya mediasi antara Israel dan Hamas yang berujung pada pembebasan empat tawanan oleh gerakan perlawanan Palestina.
Baca Juga : Warga AS Didesak Tinggalkan Lebanon di Tengah Situasi yang Tidak dapat Diprediksi
Israel mengobarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan. Rezim Tel Aviv telah membunuh lebih dari 5.087 warga Palestina, termasuk 2.055 anak-anak, dan melukai 15.273 lainnya dalam serangan udara yang tiada henti. Sekitar 1.500 orang dilaporkan hilang dan diduga terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Israel juga telah memblokir pasokan air, makanan, dan listrik ke Gaza, sehingga membuat wilayah pesisir tersebut mengalami krisis kemanusiaan.