Tel Aviv, Purna Warta – Mantan kepala intelijen militer Israel Mayor Jenderal Tamir Hayman mengatakan Israel terlibat dalam pembunuhan komandan Quds IRGC Iran Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak AS di dekat bandara internasional ibukota Irak pada Januari 2020.
“Pembunuhan Soleimani adalah sebuah pencapaian, karena musuh utama kami, di mata saya, adalah orang Iran,” kata Mantan kepala intelijen militer Israel itu dalam sebuah wawancara dengan Malam magazine, yang diterbitkan oleh Intelligence Heritage and Commemoration Center.
Baca Juga : Riyadh Kirim Tentara Bayaran dari Yaman ke Kota-Kota Perbatasannya
Ini adalah pertama kalinya seorang seorang pejabat tinggi Israel secara terang-terangan mengakui Israel terlibat dalam operasi yang dipimpin AS.
Sebelumnya, bulan Mei dilaporkan bahwa Israel telah memberi AS dukungan intelijen utama, termasuk melacak ponsel Jenderal Soleimani.
“Di Tel Aviv, penghubung Komando Operasi Khusus Gabungan AS bekerja dengan rekan-rekan Israel mereka untuk membantu melacak pola ponsel Soleimani,” Yahoo News melaporkan pada 8 Mei. “Orang Israel, yang memiliki akses ke nomor Soleimani, memberikannya kepada orang Amerika, yang melacak Soleimani dan teleponnya saat ini ke Baghdad.”
Dalam sambutannya pada bulan Oktober, Hayman mengatakan pembunuhan itu membuat “kontribusi signifikan” bagi keamanan Israel, setelah mengatakan bahwa itu adalah “salah satu peristiwa paling signifikan dan penting di masa saya.”
Baca Juga : Nursultan Tuan Rumah Pertemuan Astana
Namun, mantan presiden AS Donald Trump, diseut kurang puas terkait keterlibatan Israel dalam pembunuhan itu, menurut laporan Axois, karena ia “mengharapkan Israel untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam serangan itu.”
Jenderal Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan rekan sejawatnya di Irak Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak, dibunuh bersama dengan rekan-rekan mereka dalam drone teroris AS.
Anggota parlemen Irak menyetujui RUU dua hari kemudian, menuntut pengusiran semua pasukan militer asing yang dipimpin oleh Amerika Serikat dari negara itu.
Kedua komandan tersebut dikagumi oleh negara-negara Muslim karena berjasa besar dalam memberantas kelompok-kelmpok teroris, termasuk ISIS yang disponsori AS di kawasan, khususnya di Irak dan Suriah. Pembunuhan terhadap dua komandan yang dilakukan AS itu memicu gelombang kecaman dari pejabat dan gerakan di seluruh dunia dan memicu protes publik besar-besaran di seluruh kawasan.
Baca Juga : Iran: Dewan Keamanan PBB Harus Desak Rezim Israel Akhiri Pendudukan di Golan Suriah
Pada awal 8 Januari, IRGC menargetkan pangkalan udara Ain al-Assad yang dikelola AS di provinsi Anbar, Irak barat dengan rentetan rudal untuk membalas pembunuhan Jenderal Soleimani.