Tel Aviv, Purnawarta – Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak mengkritisi kebijakan Benjamin Netanyahu dalam sebuah wawancara bersama Army Radio pada Senin (26/2). Ia menilai Netanyahu rela menumbalkan nyawa para tawanan demi nampak kuat daripada harus memenuhi tuntutan negosiasi yang diajukan Hamas.
Baca Juga : Iran Peringkat 1 dalam AI di antara Negara-negara Islam
“Citra kuat lebih penting bagi Netanyahu daripada menyepakati perundingan (pembebasan tawanan),” ujar Barak. Hamas saat ini diyakini masih menahan sekitar 130 orang Israel di Jalur Gaza.
Hamas mengatakan hanya akan membebaskan tawanan tersebut jika Israel berhenti melancarkan genosida di Jalur Gaza serta membebaskan tawanan Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel.
Barak menyeru masyarakat Israel untuk melakukan demonstrasi besar-besaran terhadap pemerintahan Netanyahu. “Kita perlu 30.000 orang untuk berunjuk rasa dengan mendirikan tenda dan tinggal di sekeliling gedung Knesset (parlemen Israel) guna menggelar aksi protes selama 3 minggu, siang dan malam.
Baca Juga : Menlu Iran: Front Perlawanan di Palestina Punya Kekuatan Militer yang Tinggi
Ketika negara lumpuh, Netanyahu aakan menyadari bahwa waktunya telah habis dan tidak ada lagi yang percaya dengannya karena 3 dari 4 orang Israel menyerunya untuk mengundurkan diri. Jika ini terjadi, maka pemerintah harus menyelenggarakan pemilu pada bulan Juni mendatang,” tegasnya.