HomeTimur TengahDua Belas Tentara AS Tewas Dalam Pemboman di Kabul

Dua Belas Tentara AS Tewas Dalam Pemboman di Kabul

Kabul, Purna Warta – Media internasional melaporkan bahwa pemboman Kabul telah menewaskan sedikitnya 12 tentara AS.

Departemen Pertahanan AS mengumumkan pada hari Kamis (26/8) bahwa 12 tentara Amerika Serikat tewas dan 15 tentara AS lainnya terluka dalam dua ledakan di dekat Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, ibu kota Afghanistan.

Sumber berita melaporkan dalam laporan pertama ledakan yang terjadi pada Kamis malam bahwa tiga tentara AS terluka. Jurnal The Wall Street kemudian melaporkan yang mengutip pejabat AS, bahwa empat Marinir tewas dalam pemboman Kabul dan tiga lainnya terluka. Sejak itu, sumber berita melaporkan peningkatan korban militer AS di berbagai laporan.

Media Internasional melaporkan bahwa dua ledakan terjadi di dekat bandara Kabul pada Kamis malam. Ledakan pertama dikatakan terjadi di dekat Abigate di pintu masuk bandara, dan yang kedua di dekat Hotel Baroness, yang terletak di dekat bandara juga.

Pada tulisan ini, sebuah sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa setidaknya 40 orang telah tewas dan 110 terluka dalam serangkaian ledakan di dekat bandara Kabul.

Seorang juru bicara Pentagon mengatakan beberapa jam yang lalu bahwa dia dapat mengkonfirmasi bahwa sejumlah tentara AS telah tewas dan lainnya terluka dalam ledakan di dekat bandara Kabul. Namun, dia tidak menyebutkan jumlah prajurit atau pangkat mereka secara spesifik.

Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas operasi tersebut. Taliban menyebut serangan itu sebagai serangan teroris. Politico mengutip sumber Amerika Serikat yang mengatakan bahwa pembom bunuh diri berasal dari kelompok ISIS.

 

Jumlah warga AS di Afghanistan

Dengan kurang dari seminggu sebelum batas waktu 31 Agustus bagi AS untuk meninggalkan Afghanistan, setidaknya 4.100 orang Amerika masih berada di Afghanistan, jaringan berita CNN melaporkan kemarin.

Departemen Luar Negeri mengutip seorang ajudan seorang senator AS yang mengatakan dalam sebuah pengarahan kepada para senator bahwa Amerika berusaha untuk meninggalkan Afghanistan.

Sebuah sumber yang dikutip oleh Sihanyan mengatakan bahwa tidak semua orang Amerika yang tinggal di Afghanistan berada di dalam atau di sekitar Kabul. Sumber itu mengatakan Amerika Serikat telah mengevakuasi 4.400 warga sipil dari Afghanistan sejauh ini, akan  tetapi untuk  mengevakuasi 4.100 sisanya akan lebih mendapatkan rintangan.

Pejabat Gedung Putih telah berulang kali mengatakan mereka tidak tahu jumlah pasti warga Amerika Serikat yang tersisa di Afghanistan. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa jumlah pasti orang Amerika Serikat di Afghanistan tidak diketahui secara pasti, mengingat beberapa orang Amerika telah memasuki Afghanistan tanpa mendaftar di Kedutaan Besar AS di Kabul.

Rencana Barat yang gagal untuk Afghanistan

Taliban memasuki Kabul pada hari Minggu (15 Agustus) setelah kepergian Ashraf Ghani, mantan presiden Afghanistan. Analis melihat kedatangan pasukan Taliban sebagai akhir dari upaya 20 tahun pendudukan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk membangun kembali Afghanistan dengan cara Barat.

Menyusul perjanjian Februari 2020 antara Amerika Serikat dan Taliban dan penandatanganan “perjanjian damai” antara kedua belah pihak, proses penarikan pasukan dan sekutu AS dari Afghanistan dimulai. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, perang di Afghanistan telah meningkat dan Taliban telah berhasil merebut banyak bagian Afghanistan.

Amerika Serikat dan anggota NATO lainnya menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 sebagai tanggapan atas serangan 9/11 di Amerika Serikat, dan terus melanjutkan keberadaan pendudukan militer mereka di Afghanistan sejak saat itu.

Amerika Serikat dijadwalkan akan mundur dari Afghanistan pada 31 Agustus. Soheil Shaheen, juru bicara kantor Taliban di Qatar, mengatakan Senin bahwa penundaan penarikan pasukan AS dari Afghanistan akan memiliki konsekuensi bagi Amerika Serikat itu sendiri dan tanggal yang ditetapkan adalah garis merah dari Taliban.

Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Shaheen menekankan bahwa 31 Agustus adalah garis merah untuk penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan dan bahwa waktu ini tidak akan diperpanjang untuk Amerika Serikat dan Inggris, dan jika mereka memperpanjang waktu ini, maka berarti akan ada konsekuensi yang akan mereka tanggung sendiri.

Perkembangan di Afghanistan telah menyebabkan kritik terhadap Joe Biden. Media melaporkan Rabu lalu bahwa keputusan Biden di Afghanistan dan penerbangan untuk evakuasi militer AS secara tergesa-gesa dari negara yang menggulingkan pemerintah Kabul telah mendorong anggota parlemen AS untuk menyelidikinya.

Anggota Kongres AS, termasuk Demokrat yang juga sekutu Biden, menyatakan ketidakpuasan yang kuat dengan perkembangan di Afghanistan Rabu lalu, dan mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebab  keputusan tersebut.

Republikan Michael McCowell, anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, mengatakan bahwa  penarikan AS dari Afghanistan akan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk posisi AS, dan menekankan bahwa perkembangan di Afghanistan kedepannya akan menjadi kepentingan Iran, Rusia dan Cina.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada hari Selasa, McCowell mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki informasi dari luar bandara Kabul dan bahwa hal itu berarti kemenangan bagi Taliban, Rusia, China dan Iran.

“Kami belum mendapat informasi tentang perkembangan di lapangan. Saya sama sekali tidak sadar. Jika kita meninggalkan bandara Kabul, maka Ini adalah kemenangan tidak hanya untuk Taliban, tetapi juga untuk Rusia, China dan Iran, karena kita tidak bisa lagi melihat aktivitas mereka di kawasan itu.”

Amerika Serikat bulan lalu menutup Pangkalan Udara Bagram, yang sebelumnya merupakan pangkalan militer terbesar AS di Afghanistan, dan telah mengevakuasi kedutaan besarnya di Afghanistan dalam beberapa hari terakhir.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Fox News pada tanggal 11 Juli bahwa semua pasukan AS telah meninggalkan Pangkalan Udara Bagram. Pangkalan ini berjarak satu jam dari Kabul.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, McCowell mengatakan Amerika Serikat tidak melakukan upaya untuk mengerahkan kemampuan intelijennya di negara tetangga Afghanistan.

Amerika Serikat telah dikritik dalam beberapa hari terakhir karena mencoba memaksakan nilai-nilai dan gaya hidup Barat di negara lain. China telah menjadi salah satu negara yang mengkritik Amerika Serikat dalam hal ini.

“Amerika Serikat, Inggris, Australia dan negara-negara lain harus bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia mereka selama ini di Afghanistan,” kata perwakilan China untuk PBB pada pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengenai Afghanistan.”

“Amerika Serikat dan negara-negara lain, dengan dalih demokrasi dan hak asasi manusia, melakukan intervensi militer di negara-negara merdeka lainnya dan menerapkan model mereka di negara-negara tersebut dengan sejarah dan budaya yang sangat berbeda,” tambahnya.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here