Beirut, Purna Warta – Sebuah pesawat tak berawak militer Israel telah jatuh di dalam wilayah Lebanon yang diklaim sebagai akibat dari kerusakan teknis.
Avichay Adraee, juru bicara pasukan pendudukan Israel melaporkan perkembangannya dalam sebuah tweet pada hari Jumat (16/7) dan mengatakan kecelakaan itu terjadi selama kegiatan rutin dan secara kebetulan jatuh di tanah Lebanon.
“Selama kegiatan rutin sebuah drone IDF jatuh di wilayah Lebanon karena kerusakan teknis, tidak akan ada resiko kebocoran informasi.”” klaim Adraee dalam tweet.
Media Lebanon juga mengkonfirmasi laporan jatuhnya pesawat tak berawak tersebut.
Gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon sebelumnya telah memperingatkan bahwa pesawat Israel yang memasuki wilayah udara Lebanon akan ditembak jatuh.
Israel dan Lebanon secara teknis berperang karena pendudukan yang terus berlanjut di wilayah Lebanon, termasuk Peternakan Shebaa yang dikuasai rezim dalam perang pada tahun 1967.
Israel meluncurkan dua perang lagi yang secara eksklusif menargetkan Lebanon pada tahun 2000an. Pada dua kesempatan tersebut Hizbullah mampu memaksa rezim mundur dari perang.
Insiden hari Jumat itu terjadi hanya beberapa hari setelah pesawat tak berawak Skylark Israel ditembak jatuh oleh warga Palestina di utara kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki. Drone militer yang terbang di atas bentrokan antara Palestina dan pasukan rezim Israel diklaim Israel jatuh karena kesalahan teknis.
Selain itu media Palestina pada hari Selasa melaporkan bahwa pesawat tak berawak Skylark Israel yang jatuh telah ditemukan di sebuah lapangan di Jalur Gaza utara.
Pasukan keamanan Lebanon tangkap mata-mata Israel di Bakaa
Dalam perkembangan terpisah, pada hari Jumat polisi nasional dan pasukan keamanan Lebanon mengumumkan bahwa mereka telah menangkap seorang agen Israel atas tuduhan spionase di wilayah Bekaa barat.
Direktorat Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa orang tersebut telah berkomunikasi dengan dinas intelijen Israel. Pasukan Lebanon telah berhasil menangkapnya tanpa mengidentifikasi namanya.
“Dalam interogasi dia mengakui bahwa pada awal 2019 dia mengirim email ke beberapa layanan keamanan Israel menawarkan untuk bekerja dengan mereka. Seseorang menghubunginya untuk bekerja dengannya untuk mengumpulkan informasi dan beberapa tugas lainnya dengan imbalan sejumlah uang, lalu dia menyetujuinya, ”kata pernyataan itu.
“Operatornya melatih dan memintanya untuk mengumpulkan informasi tertentu. Dia memenuhi permintaannya dan memberikan informasi yang diperlukan kepada Israel,” tambahnya.
Sumber-sumber Lebanon melaporkan tahun lalu bahwa pasukan Lebanon telah mengidentifikasi dan menangkap seorang pria bernama Kinda al-Khatib karena hubungannya dengan rezim Israel.