Teheran, Purna Warta – Seorang diplomat senior Iran mengecam keras serangan terus-menerus rezim Israel terhadap Suriah, dengan mengatakan agresi tersebut menimbulkan ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Barat.
Ali Asghar Khaji, seorang ajudan senior urusan politik menteri luar negeri Iran, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah pertemuan dengan Geir Pedersen, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah, di sela-sela putaran ke-22 perundingan Astana tentang Suriah di ibu kota Kazakhstan, Astana, pada hari Selasa.
Diplomat tinggi Iran tersebut selanjutnya menegaskan kembali kesiapan Iran untuk membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas di Suriah, saat kedua pihak membahas perkembangan terbaru di kawasan tersebut mengingat tindakan agresif rezim Israel.
Ia juga menekankan perlunya pendekatan yang bertanggung jawab dan aktif oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi terkaitnya, khususnya Dewan Keamanan, untuk menghentikan kejahatan rezim Israel.
Khaji selanjutnya menyerukan mobilisasi semua fasilitas internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Gaza dan Lebanon.
Pedersen, pada bagiannya, menyatakan penyesalannya atas berlanjutnya dan meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
Dia juga menekankan perlunya menyediakan dana untuk membantu para pengungsi Suriah dan Lebanon, serta kemajuan proses politik di Suriah, termasuk penyelenggaraan pertemuan Komite Konstitusi Suriah.
Rezim Israel telah melakukan genosida di Gaza selama lebih dari setahun, menewaskan lebih dari 43.600 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak. Rezim tersebut baru-baru ini memperluas agresi militernya ke Lebanon, yang menyebabkan banyak korban jiwa di negara Arab tersebut.
Israel juga telah melakukan serangan berulang kali terhadap Suriah dan negara-negara lain di wilayah tersebut sebagai bagian dari kampanye kekerasannya yang meningkat.
Dimulai pada tahun 2017, format Astana adalah serangkaian negosiasi yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik di Suriah.
Proses ini melibatkan Rusia, Iran, dan Turki sebagai negara penjamin, bersama dengan perwakilan dari pemerintah dan oposisi Suriah, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan negara-negara pengamat seperti Yordania, Lebanon, dan Irak.
Proses Astana berperan penting dalam memfasilitasi dialog di antara para pemangku kepentingan utama dalam perang di Suriah, dengan fokus pada zona de-eskalasi, bantuan kemanusiaan, dan solusi politik.