Di Balik Layar Penangguhan Sementara Sanksi AS terhadap Suriah

Di Balik Layar Penangguhan Sementara Sanksi AS terhadap Suriah

Damaskus, Purna Warta Tindakan drama Amerika Serikat dengan menerapkan penangguhan sementara beberapa sanksi terhadap Suriah tidak mengurangi penderitaan dan masalah rakyat negara ini, dan keputusan ini juga dibuat di bawah tekanan masyarakat dunia.

Meskipun dalam keadaan normal ketika bencana alam terjadi di mana saja di dunia, diharapkan hal pertama yang dilakukan semua negara adalah bertindak untuk membantu para korban, menjauh dari perhitungan politik dan perbedaan antar pemerintah; Tetapi apa yang terjadi sehubungan dengan gempa besar di Turki dan Suriah dan jenis interaksi yang dilakukan komunitas internasional dengannya, menunjukkan hal sebaliknya.

Baca Juga : Demo Mingguan Israel Masuki Pekan Keenam

Gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR ini menelan hampir 30 ribu korban jiwa di dua negara. Dan tidak ada berita tentang nasib ribuan orang di bawah reruntuhan, yang diperkirakan jumlah korban tewas akibat gempa ini akan meningkat secara signifikan; Karena tidak ada harapan untuk kelangsungan hidup para korban yang berada di bawah reruntuhan. Banyak yang membandingkan gempa ini dengan gempa bumi dahsyat di Pakistan pada Oktober 2005 yang memakan korban lebih dari 80 ribu orang.

Namun sayangnya, permainan dan perhitungan politik dalam tragedi besar kemanusiaan ini tidak melepaskan cengkeramannya dari rakyat Suriah yang sedang berduka dan yang belum terbebas dari konsekuensi krisis terorisme sejak tahun 2011.

Karena sanksi-sanksi AS terhadap Damaskus seperti Hukum Caesar dan Hukum Ceptagon, korban gempa Suriah tidak dapat menerima bantuan yang memadai dan efektif pada saat awal gempa terjadi, yang dianggap sebagai saat-saat emas untuk menyelamatkan korban dari puing-puing bangunan, dan masalah ini menyebabkan peningkatan jumlah korban jiwa.

Hal yang paling menyedihkan adalah negara-negara Arab, terutama para raja dan pemimpin di Teluk Persia, dalam beberapa hari pertama memusatkan seluruh perhatiannya hanya untuk memberikan bantuan kepada Turki dan tidak memperhatikan para korban gempa Suriah.

Rusia, Iran, Lebanon, Uni Emirat Arab, Aljazair, dan beberapa negara Arab lainnya di Afrika adalah negara pertama yang, terlepas dari konsekuensi melanggar blokade Amerika, memulai pekerjaan memberikan bantuan kepada para korban gempa bumi Suriah dengan menggunakan semua fasilitas yang tersedia.

Baca Juga : Sana’a: Posisi Iran adalah Teladan bagi Kebebasan Bangsa lain dari Hegemoni Barat

Tetapi negara-negara Barat dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga afiliasinya mengumumkan bahwa tidak ada cara untuk menyediakan layanan logistik dan bantuan ke Suriah karena sanksi-sanksi Amerika Serikat. Sementara korban tewas akibat gempa di Suriah utara terus meningkat.

Geir Pederson, perwakilan PBB di Suriah, dengan menegaskan bahwa bantuan untuk korban gempa tidak boleh dipolitisasi, mengatakan: Saat-saat ini bukan lagi saat-saat emas bagi kami, dan saat-saat emas untuk menyelamatkan korban telah berlalu, tetapi dalam situasi ini, keterlambatan pengiriman obat atau peralatan pengangkut puing-puing akan menyebabkan lebih banyak bencana.

Sementara itu, Amerika Serikat karena sanksi-sanksi kejamnya terhadap Suriah dan tindakannya yang menghalangi proses membantu para korban gempa, berada di bawah tekanan opini publik di seluruh dunia, dan pada hari Kamis, setelah 4 hari berlalu dari gempa bumi Suriah dan setelah berlalunya waktu emas untuk menyelamatkan korban dari puing-puing bangunan, Amerika kemudian mengklaim berniat untuk menangguhkan sementara sebagian sanksi dengan tujuan membantu mereka yang terkena dampak gempa.

Dalam hal ini, Departemen Keuangan AS mengeluarkan Lisensi Umum No. 23 untuk menangguhkan larangan transaksi tertentu dengan Suriah.

Tujuannya adalah untuk memungkinkan transfer dana ke Suriah untuk memfasilitasi tindakan bantuan terkait gempa bumi dan lembaga keuangan yang berupaya memberikan bantuan kepada korban gempa Suriah harus mendapatkan izin dari Departemen Keuangan AS.

Tentu saja, penangguhan larangan transfer dana tidak termasuk pemerintah Suriah atau lembaga afiliasinya, termasuk bank sentral negara, atau lembaga dan orang yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pemerintah Suriah.

Di sisi lain, Amerika Serikat telah mengalokasikan sejumlah 85 juta dolar untuk membantu para korban gempa bumi di Turki dan Suriah, jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah minyak dan gas Suriah yang dijarah oleh pasukan Amerika Serikat dari sumur-sumur minyak dan gas di Suriah utara.

Baca Juga : Amerika dan Barat Abaikan Dimensi Kemanusiaan dalam Gempa di Suriah

Hal yang lucu tentang Lisensi Umum No. 23 dari Departemen Keuangan Amerika Serikat adalah menurutnya, pengiriman minyak Suriah dan minyak turunannya ke Amerika Serikat diperbolehkan.

Ini terjadi di saat Amerika dan kaki tangannya telah menduduki 90% sumur minyak Suriah, dan setiap hari warga Suriah menyaksikan penyelundupan sumber daya alam dan minyak Suriah oleh militer Amerika ke Irak dan kemudian mengekspornya ke Turki dan daerah-daerah Palestina yang diduduki oleh Israel.

Di sisi lain, menurut Lisensi Umum No. 23, pemerintah Suriah masih terkena berbagai sanksi yang mencegah impor alat kesehatan ke negara ini.

Begitu juga, klaim Amerika tentang menghilangkan hambatan hukum di bidang pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat Suriah bertentangan dengan ketentuan sanksi barunya dengan nama “Hukum Captagon”; Sanksi yang secara langsung menargetkan sektor medis Suriah.

Dengan perincian ini, keputusan Departemen Keuangan Amerika Serikat untuk menangguhkan sementara beberapa sanksi terhadap Suriah tidak secara efektif membantu rakyat negara ini untuk menerima bantuan kemanusiaan, dan seperti yang diumumkan Kementerian Luar Negeri Suriah, itu adalah langkah yang salah dan menyesatkan yang bertujuan untuk memperbaiki citra kriminal Amerika di mata publik dunia.

Untuk tujuan ini, Amerika Serikat telah meluncurkan kampanye dengan bantuan media-media negara-negara Teluk Persia dan bermaksud untuk mempromosikan Lisensi Umum No. 23 dari departemen Keuangan sebagai tindakan kemanusiaan dalam bentuk membantu para korban gempa bumi Suriah.

Baca Juga : Damaskus: Sanksi Barat Tidak Hargai Nyawa Rakyat Suriah

Dan kenyataannya hasil tindakan drama Amerika Serikat tidak mengurangi rasa sakit dan penderitaan rakyat Suriah.

Oleh karena itu, jika bangsa-bangsa dan terutama negara-negara Arab dan Muslim, termasuk negara-negara para raja di Teluk Persia dan Liga Arab, bersatu untuk mendukung Suriah dalam situasi kritis ini, kita dapat mengharapkan bantuan yang lebih efektif dan tepat bagi semua korban.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *