Purna Warta – Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman terbang ke Yordania pasca dari Mesir. Bin Salman langsung menemui Raja Yordania Abdullah II dan membicarakan berbagai urusan, terkhusus program nuklir Iran.
Hubungan Riyadh dan Amman di periode Donald Trump mengalami kemunduran berarti. Relasi mantap Saudi-AS membuat Yordania berfikir bahwa hubungan kuat regional ini akan menyingkirkan Amman dari peran perdamaian Palestina-Israel. Dan relasi menjadi tambah tak stabil pasca ada isu mengenai dukungan Saudi di balik kudeta Pangeran Hamzah versus Raja Abdullah II.
Baca Juga : 10 Juta Dolar Bagi Siapapun yang Mengungkap Informasi Fasilitator Finansial Hizbullah
Mohammed bin Salman, Putra Mahkota, mendarat di ibukota Yordania pada hari Selasa, 22/6, malam kemarin dan menemui Raja Abdullah II.
Dikutip dari Rai al-Youm, pertemuan ini dilakukan pasca rekonstruksi bangunan diplomasi yang sempat rusak dalam beberapa tahun terakhir, baik berkaitan dengan perihal Kawasan ataupun tingkah MBS yang tidak menepati janjinya untuk mengirim uang ke Amman.
Kunjungan Bin Salman di tengah penderitaan Yordania yang secara tak langsung kena dampak negatif perang Ukraina. Petinggi pemerintah dan perusahaan Amman berharap kunjungan ini mampu menyuntikkan investasi bernilai paling sedikit 3 miliar dolar. Ini adalah nilai yang dijanjikan Saudi tahun lalu tapi tidak direalisasikan.
Berhubungan dengan ini, MBS menegaskan hubungan saudara dengan Yordania dan mengatakan bahwa ada kesempatan di Yordania yang memihak kepentingan dua belah pihak.
Baca Juga : 175 Kali Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Koalisi Saudi
Selain itu, Putra Mahkota dan Raja Abdullah II juga membahas rencana konferensi bulan depan antar anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia, yang ikut dimeriahkan oleh tamu tambahan, Irak, Yordania dan Mesir dengan dihadiri oleh Presiden AS, Joe Biden.
Rai al-Youm mengutip petingi dari Amman dan melaporkan, “Saudi dan Yordania khawatir dengan program nuklir Iran dan tindakan instabilitasnya di Kawasan.”