Teheran, Purna Warta – Saeed Jalili, seorang kandidat dalam pemilihan presiden Iran yang akan datang pada 28 Juni, telah menyatakan bahwa nuklir Iran tidak boleh ditunda karena negosiasi dengan sejumlah kecil negara.
Baca juga: Parlemen Iran Berencana Tetapkan Militer Kanada sebagai Entitas Teroris
Saeed Jalili menyampaikan pernyataan yang disampaikannya saat berkampanye di Universitas Teknologi Sharif di Teheran pada hari Sabtu, mengacu pada negosiasi untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir yang ditinggalkan AS tahun 2015 — yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Saeed Jalili, mantan negosiator nuklir, mengatakan ketika semua orang bersorak atas kesimpulan JCPOA, ia adalah pengkritik serius kesepakatan nuklir tersebut.
Apa yang tertulis dalam JCPOA berbeda dari apa yang diucapkan untuk memuji kesepakatan tersebut, tambahnya.
Iran membuktikan sifat damai program nuklirnya kepada dunia dengan menandatangani JCPOA dengan enam kekuatan dunia. Namun, keluarnya Washington pada bulan Mei 2018 dan penerapan kembali sanksi terhadap Teheran membuat masa depan kesepakatan tersebut menjadi tidak menentu.
Negosiasi dimulai di ibu kota Austria, Wina, pada April 2021, dengan tujuan mencabut sanksi anti-Iran dan mengkaji keseriusan Amerika Serikat untuk bergabung kembali dalam kesepakatan tersebut.
Namun, pembicaraan tersebut telah terhenti sejak Agustus 2022 karena desakan Washington untuk tidak mencabut semua sanksi dan kegagalannya dalam memberikan jaminan yang diperlukan bahwa mereka tidak akan meninggalkan kesepakatan tersebut lagi.
Jalili meminta lima kandidat presiden lainnya untuk hanya membuat janji-janji yang dapat mereka penuhi sesuai dengan tugas mereka.
“Saya sendiri adalah seorang negosiator nuklir, tetapi saya berbicara untuk membela hak-hak bangsa, bukan untuk menghancurkannya,” kata kandidat tersebut.
Ia menekankan bahwa kelemahan tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengungkapkannya, tetapi perlu juga memperhatikan titik-titik kekuatan dan peluang.
“Saat ini, ada banyak peluang di depan kita. Kita tidak boleh mundur,” kata Jalili.
Beberapa pihak mengatakan di masa lalu bahwa sanksi merupakan masalah serius dan Iran tidak akan diizinkan menjual lebih dari 300.000 barel minyak per hari, imbuhnya, seraya menjelaskan, “Kami telah mengajukan berbagai solusi sebelum era pemerintahan syahid Raisi, tetapi mereka tidak menyambutnya.”
Baca juga: Hizbullah Ancam Tembakkan Setengah Juta Rudal dalam Perang dengan Israel
Jalili menekankan bahwa motto kampanye pemilihannya tentang “dunia penuh peluang” bukan sekadar slogan, dengan mengatakan bahwa semua kapasitas nasional telah diidentifikasi.
Ia menggambarkan pemilihan presiden 28 Juni sebagai peluang peradaban dan sejarah yang unik bagi negara tersebut.