Tel Aviv, Purna Warta – Dilansir dari Times of Israel, bursa saham Tel Aviv pada Minggu (8/10) ditengarai sedang anjlok akibat perang dengan Jalur Gaza. Investor-investor cemas akan ketidakpastian serta dampak substansial perang Gaza terhadap ekonomi Israel. Mereka khawatir apabila perang ini berlangsung lebih panjang daripada yang diperkirakan.
Baca Juga : Ansarullah Serukan Poros Perlawanan Perang Lawan Israel
Indeks saham perusahaan-perusahaan blue-chip TA-35 turun 6,4 persen. Indeks acuan TA-125 turun 6,2% dan indeks TA-90, yang menelusuri saham-saham dengan kapitalisasi tertinggi yang tidak termasuk dalam indeks TA-35, juga ikut terpuruk di angka lebih dari 6%. Indeks TA-Bank dari lima bank terbesar turun 7,8% dan saham konstruksi, bangunan, dan asuransi anjlok antara 8% dan 9%.
Ori Greenfield, kepala biro strategis Psagot Investment House memperingatkan bahwa dampak finansial yang dihasilkan dari perang ini akan lebih substansial dari konflik atau operasi militer yang dihadapi Israel sebelumnya. Pasar valuta asing Israel juga dilaporkan tutup pada Minggu (8/10) dan akan dibuka kembali pada Senin (9/10).
Ia memprediksi bahwa perang ini tidak akan berlangsung singkat. Setelah berakhirpun, ia memprediksi Israel akan tetap berada di bawah ancaman serangan roket. Ancaman dan ketidakpastian seperti itu akan membuat masyarakat Israel lebih banyak berdiam di tempat yang aman. Hal ini akan memangkas angka konsumsi dan investasi di Israel, baik di sektor publik maupun swasta.
Selain itu, ia juga memprediksi mata uang Israel akan mengalami penuruan nilai terhadap dolar Amerika Serikat dan mata uang negara-negara lainnya. “Tidak lama lagi kita akan menyaksikan Shekel melemah terhadap dolar (AS) dan mata uang lainnya”.
Baca Juga : Shekel Terancam Kolaps, Bank Israel Jual Valas Sampai USD 30 Miliar
Menurutnya, pasar uang adalah sumber utama ekonomi Israel. Perang ini membuat pasar uang Israel dalam bahaya serius. “Jika sebelumnya, pasar uang Israel dapat pulih dalam satu atau paling banyak dua hari (pasca konfrontasi terbuka), kali ini sepertinya pasar uang lokal akan mengalami kesulitan untuk pulih dengan cepat”.