Bertemu dengan Utusan Cina, Bashar Asad Tegaskan Dollar Harus Ditinggalkan

Bertemu dengan Utusan Cina, Bashar Asad Tegaskan Dollar Harus Ditinggalkan

Damaskus, Purna Warta – Presiden Suriah Bashar Asad dalam pertemuan dengan Utusan khusus Cina untuk Timur Tengah, mengatakan perang Amerika Serikat dan Barat pada level pertama adalah ekonomi. Menurutnya, bebas dari prasyarat transaksi dengan dolar Amerika, sudah menjadi keharusan.

Dikutip kantor berita SANA, Sabtu (29/4) Bashar Al Assad, dalam pertemuan ini menuturkan, “Perubahan positif paling penting di level global adalah peran Cina, yang dengan tenang dan seimbang sedang meluas, dan peran ini adalah model baru dalam politik, ekonomi dan budaya.”

Ia menambahkan, “Seluruh dunia hari ini membutuhkan partisipasi politik dan ekonomi Cina, sehingga sekali lagi keseimbangan dapat terwujud di level global, terutama di bawah hubungan Cina-Rusia, dan koalisi negara-negara BRICS yang dapat menciptakan sistem global multilateralisme.”

Di sisi lain, Bashar Al Assad juga mengapresiasi mediasi Cina, yang berhasil memulihkan hubungan antara Iran, dan Arab Saudi.

“Negara-negara BRICS dapat memainkan peran kunci. Selain itu negara-negara tersebut dalam transaksi perdagangan harus menyingkirkan dolar Amerika, dan menggunakan Yuan, Cina,” imbuhnya.

Pada saat yang sama, Assad mengaku tidak akan pernah melupakan bantuan Cina dalam perang untuk melindungi kedaulatan nasional negaranya, dan bantuan atas korban gempa bumi terakhir.

Sebelumnya, Kantor berita Bloomberg melaporkan bahwa tak kurang dari 19 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan kelompok BRICS.

Duta besar Afrika Selatan untuk BRICS, Anil Sooklal, dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa blok pasar yang berkembang dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan itu akan bertemu di Cape Town pada 2-3 Juni untuk membahas perluasannya.

“Yang akan dibahas adalah perluasan grup BRICS dan bagaimana ini akan terjadi,” tuturnya.

Dia menambahkan, “13 negara meminta untuk bergabung secara resmi, dan enam negara lainnya meminta secara informal. Kami mendapat permintaan untuk bergabung setiap hari.”

China memulai pembicaraan tentang perluasan ketika menjadi ketua kelompok BRICS tahun lalu, saat mencoba membangun pengaruh diplomatik untuk melawan dominasi negara-negara maju di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perluasan yang diusulkan itu memicu kekhawatiran di antara anggota lain bahwa pengaruh mereka akan berkurang, terutama jika sekutu dekat Beijing diterima.

PDB China lebih dari dua kali ukuran gabungan keempat anggota BRICS lainnya, menurut Bloomberg.

Sooklal mengatakan bahwa menteri luar negeri dari lima negara anggota telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan menghadiri diskusi pada bulan Juni. Selain keanggotaannya, mereka juga akan membahas “titik-titik panas” yang terjadi di lapangan dewasa ini, termasuk Sudan, menurut Russia Today.

Sejak BRIC terbentuk pada tahun 2006, kelompok ini hanya menambah satu anggota baru, yaitu Afrika Selatan, pada tahun 2010.

Pada bulan Februari Sooklal mengatakan bahwa Arab Saudi dan Iran termasuk di antara negara-negara yang secara resmi meminta aksesi. Negara lain yang tertarik untuk bergabung termasuk Argentina, Uni Emirat Arab, Aljazair, Mesir, Bahrain dan Indonesia, bersama dengan dua dari Afrika timur dan satu dari Afrika barat – yang tidak dia sebutkan namanya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan sebelumnya bahwa kelompok BRICS akan membahas inisiatif untuk menciptakan mata uang bersatu di antara negara-negara anggota selama KTT yang akan diadakan di Afrika Selatan.

Menurut Duta Besar Afrika Selatan untuk BRICS, kelompok tersebut bermaksud mengadopsi keputusannya tahun ini mengenai penerimaan anggota baru, serta menentukan kriteria yang harus dipenuhi oleh negara-negara yang ingin bergabung dengan aliansi tersebut, termasuk Arab Saudi, Mesir, dan negara lain yang telah mengajukan permintaan resmi untuk bergabung dengan aliansi itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *