Teheran, Purna Warta – Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (SNSC) Ali Akbar Ahmadian telah membahas perkembangan regional dengan kepala Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak, yang juga dikenal sebagai Hashd al-Sha’abi, Falih al-Fayyadh. Pada hari Selasa, Ahmadian dan al-Fayyadh membahas perkembangan terkini di kawasan tersebut dan kepentingan bersama Teheran dan Baghdad.
Baca juga: Menteri Sayap Kanan Israel Serukan Relokasi Paksa Warga Gaza
Ancaman bersama yang dihadapi kedua negara juga menjadi salah satu isu yang dibahas selama pertemuan tersebut. Ahmadian menggambarkan hubungan antara kedua negara sebagai “sangat dekat” dan “persaudaraan”, dan menegaskan kembali dukungan menyeluruh Iran untuk Irak.
Hashd al-Sh’abai Irak memainkan peran utama dalam pembebasan wilayah yang dikuasai Daesh di negara tersebut. Sisa-sisa Daesh, yang juga dikalahkan oleh pemerintah Damaskus dan sekutunya di Suriah pada akhir tahun 2019, masih melakukan serangan teroris sporadis di kedua negara Arab tetangga tersebut.
Irak telah memperingatkan kebangkitan Daesh setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada bulan Desember, dan menekankan kesiapannya untuk menghadapi setiap rencana permusuhan.
“Kami tidak akan menyia-nyiakan upaya untuk menghalangi siapa pun yang berani” melanggar kedaulatan dan integritas teritorial Irak, kata Kepala Hashd al-Sha’abi pada 13 Desember. Kantor berita Irak al-Maalomeh, mengutip sumber informasi yang berbicara dengan syarat anonim, melaporkan bulan lalu bahwa militan Daesh aktif di sekitar selusin wilayah di Suriah.
Sumber tersebut melanjutkan bahwa sekitar setengah dari senjata yang digunakan oleh teroris Daesh dibuat di AS, yang menunjukkan bahwa para ekstremis tersebut secara diam-diam dipersenjatai.
Mereka juga menegaskan bahwa teroris Daesh bergerak bebas di sebagian besar wilayah Suriah, dan pasukan pendudukan Amerika tidak mengambil tindakan apa pun untuk menargetkan mereka.
Baca juga: Israel Disebutkan akan Sita dan Lelang Properti Armenia di al-Quds
Setelah kelompok bersenjata, yang dipimpin oleh militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), merebut ibu kota Suriah, yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Assad pada tanggal 8 Desember, Israel dengan cepat bergerak masuk dan merebut apa yang disebut zona penyangga yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dari wilayah Suriah.
Pasukan Israel telah maju lebih jauh ke Suriah, dengan pesawat tempur rezim tersebut melakukan ratusan serangan udara di negara tersebut.