Tehran, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menggarisbawahi pembalasan ketika ia menyampaikan kepada mitranya dari Jerman perlunya “pertahanan yang sah dengan tujuan menghukum agresor” menyusul serangan udara Israel baru-baru ini di bagian konsuler Iran di Damaskus.
Selama percakapan telepon antara Amirabdollahian dan Annalena Baerbock pada hari Kamis, diplomat Iran juga menyatakan ketidakpuasan atas “netralitas” Jerman mengenai genosida Israel di Gaza.
Baca Juga : Yaumul Quds, Hari Seruan Bela Palestina Sedunia
Serangan udara tersebut, yang merenggut nyawa tujuh penasihat militer Iran, mendorong Iran bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap Israel atas serangan terhadap fasilitas diplomatiknya di ibu kota Suriah. “Ketika rezim Israel sepenuhnya melanggar kekebalan individu dan tempat diplomatik yang melanggar hukum internasional dan Konvensi Wina, maka pertahanan yang sah adalah suatu keharusan,” tegas Amirabdollahian, seperti yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran.
Selama percakapan mereka, kedua menteri membahas perkembangan regional dan hubungan bilateral, serta menyoroti pentingnya menjaga dialog. “Kebijakan luar negeri Republik Islam Iran selalu didasarkan pada menghindari ketegangan,” tegas Amirabdollahian.
Iran mengharapkan Jerman untuk secara tegas mengutuk kejahatan Israel dalam membunuh penasihat militernya, hal ini sejalan dengan reaksi potensial terhadap serangan serupa di tempat lain. Amirabdollahian dengan tegas bertanya, “Jika serangan rudal serupa terjadi di salah satu tempat diplomatik di zona perang di Ukraina, apakah reaksi Amerika Serikat dan Eropa akan sama?”
Menanggapi seruan Baerbock untuk melakukan gencatan senjata di Gaza dan kegagalan menghentikan serangan Israel, Amirabdollahian mengaitkan kurangnya kemajuan dengan ketidaknetralan Jerman dalam masalah tersebut. “Israel adalah rezim pendudukan dan Palestina berhak atas pertahanan yang sah. Dalam hal ini, satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan saat ini adalah dengan mengakhiri genosida dan kejahatan perang di Gaza,” tegasnya.
Baca Juga : Pentingnya Yaumul Quds di Mata Imam Khamenei
Amirabdollahian menyambut baik penyelesaian kesalahpahaman antara Teheran dan Berlin mengenai hak asasi manusia, merujuk pada pernyataan Baerbock sebelumnya tentang kerusuhan tahun 2022 di Iran dalam pidatonya di sesi ke-55 Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa. “Kami berharap Jerman tidak mengulangi tuduhan tidak berdasar terhadap Iran dan membela hak-hak ribuan perempuan dan anak-anak di Gaza dan wilayah lain di dunia, di mana hak-hak perempuan terus-menerus dilanggar,” kata Amirabdollahian.
Kementerian Luar Negeri Jerman mengakui diskusi mengenai “situasi tegang di Timur Tengah” dan menekankan perlunya menahan diri. “Menghindari eskalasi regional lebih lanjut harus menjadi kepentingan semua orang. Kami mendesak semua aktor di kawasan untuk bertindak secara bertanggung jawab dan menahan diri secara maksimal,” tulis kementerian di X.
Pembacaan Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Baerbock mengucapkan selamat datangnya Idul Fitri, dan menekankan bahwa hari raya umat Islam membawa pesan perdamaian.
Baerbock juga menyampaikan permintaan Jerman untuk menahan diri terhadap Iran.
Baca Juga : Pidato Pertama Imam Khomeini Mengenai Hari Quds Sedunia
Mengenai serangan Israel terhadap bagian konsuler Iran, Baerbock menegaskan kembali pendirian Jerman mengenai kekebalan diplomatik, menekankan perlunya tempat-tempat tersebut mendapatkan perlindungan penuh.
Baerbock menyoroti upaya Jerman untuk mencari solusi politik terhadap perang di Gaza, menekankan komitmen mereka untuk mengakhirinya melalui cara diplomatik.