Damaskus, Purna Warta – Sumber media melaporkan adanya bentrokan sporadis antara pasukan Pemerintahan Sementara Suriah yang dipimpin oleh Al-Joulani dengan warga Kurdi di kota Aleppo.
Menurut laporan media Suriah, pasukan Pemerintahan Sementara Suriah menyatakan bahwa tujuan mereka dalam bentrokan ini adalah untuk membersihkan distrik Sheikh Maqsoud dan Al-Ashrafiyah di kota Aleppo.
Baca juga: Reaksi Anggota Hizbullah terhadap Peristiwa di Suriah
Distrik Sheikh Maqsoud dan Al-Ashrafiyah merupakan permukiman historis bagi warga Kurdi di Suriah. Bahkan selama pemerintahan Bashar al-Assad dan konflik di kota ini, kedua distrik tersebut tetap dikelola oleh penduduk aslinya.
Bentrokan dengan warga Kurdi di Aleppo dengan pasukan Al-Joulani terjadi meskipun sebelumnya Pemerintahan Sementara Suriah mengumumkan bahwa mereka membeli 15.000 barel minyak per hari dari kelompok Kurdi di negara itu.
Seorang sumber di Kementerian Perminyakan Suriah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pembelian minyak dari Pasukan Demokratik Suriah dilakukan berdasarkan kontrak tiga bulan.
Ia menambahkan bahwa pembelian minyak ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara pemerintah Bashar al-Assad dan kelompok Kurdi, yang telah direvisi, dengan kapasitas 15.000 barel per hari.
Pusat yang dikenal sebagai Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah mengumumkan bahwa dalam serangan terbaru di wilayah pesisir negara itu, 1.018 orang telah tewas, di mana 745 di antaranya adalah warga sipil.
Baca juga: PBB Peringatkan tentang Kekerasan Terbaru di Suriah
Sementara itu, sumber-sumber yang mengetahui situasi melaporkan bahwa jumlah kejahatan yang dilakukan oleh Pemerintahan Sementara Al-Joulani terhadap komunitas Alawi di Suriah dalam tiga hari terakhir telah melebihi 40 kasus. Kejahatan ini terjadi di sembilan kota Suriah dalam 72 jam terakhir dan telah menyebabkan 1.200 korban jiwa, terutama di antara perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Warga di wilayah barat Suriah, termasuk kota Latakia dan Tartus, sejak Kamis malam lalu telah menggelar demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintahan baru Suriah yang dipimpin oleh Al-Joulani, yang menindas para pengikut beberapa agama dan mazhab, termasuk Kristen, Alawi, dan Druze.