Washingon, Purna Warta – Selama jumpa pers, Patel menyatakan bahwa AS tidak percaya Suriah harus diterima kembali ke Liga Arab saat ini. Patel menekankan bahwa AS tidak akan menormalkan hubungan dengan pemerintah Assad sampai “kemajuan otentik” dibuat menuju penyelesaian konflik di negara tersebut.
Pernyataan ini muncul setelah Arab Saudi memimpin upaya untuk mengintegrasikan kembali Suriah ke dalam Liga Arab, terlepas dari fakta bahwa kerajaan tersebut memainkan peran penting dalam penangguhan Suriah dari liga tersebut pada tahun 2011.
Rania Khalek, seorang jurnalis dan podcaster, mencatat bahwa langkah ini menandakan penurunan hegemoni AS di wilayah tersebut, sedangkan China dan Rusia memainkan peran yang lebih menonjol dalam memediasi negosiasi antara negara-negara Teluk. Khalek percaya bahwa Arab Saudi berusaha menyeimbangkan hubungan di antara para pemain kuat, termasuk China dan Rusia, dan mengingat era multipolar yang berkembang. Dia menekankan bahwa negara-negara Timur Tengah harus membentuk jalur yang stabil untuk masa depan, dan menyadari bahwa mereka tidak dapat bergantung pada AS seperti dulu lagi.
Sementara itu, CIA menyatakan frustrasi atas kesepakatan baru-baru ini antara Arab Saudi dan Iran, yang ditengahi oleh China. Khalek percaya bahwa kesepakatan ini menunjukkan perubahan besar dalam hubungan kekuasaan di dunia, dimana China dan Rusia dipilih sebagai perantara karena mereka tidak ikut campur dalam pemilu atau memberi tahu negara siapa yang seharusnya dan tidak boleh menjadi pemimpin mereka. AS, di sisi lain, ingin menonjolkan dirinya sebagai penengah yang netral.
Terakhir, Khalek berpendapat bahwa sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Suriah telah benar-benar merusak perekonomian negara, karena AS memiliki pengaruh ekonomi yang luar biasa. Sanksi ini ilegal menurut hukum internasional, karena AS tidak memiliki hak yang sah untuk campur tangan dalam kebijakan internal Suriah.