AS Tampung Juru Bahasa Afghanistan di Pangkalan Qatar dan Kuwait

Sebuah foto menunjukkan penerbang AS di Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar

Purna Warta – Amerika Serikat akan menggunakan pangkalan militer di Qatar dan Kuwait untuk menampung ribuan juru bahasa dan penerjemah Afghanistan untuk membantu Pentagon selama perang dan saat ini menghadapi pembalasan dari Taliban.

Laporan media yang mengutip sumber kongres pada hari Rabu (21/7) mengatakan bahwa kerjasama dengan kedua negara Arab tersebut didasari oleh kesepakatan.

“Tidak ada negara yang menyetujui permintaan Washington untuk menjadi tuan rumah bagi warga Afghanistan, tetapi kesepakatan sudah disetujui,” lapor seorang pejabat AS yang namanya tidak disebutkan.

Gedung Putih juga mempertimbangkan untuk mengevakuasi warga Afghanistan ke negara ketiga sampai visa AS mereka diberikan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price pada hari Selasa mengatakan bahwa pangkalan Fort Lee di Virginia akan berfungsi sebagai situs relokasi awal untuk pelamar warga Afghanistan untuk menyelesaikan pemrosesan imigran khusus.

Pada hari Senin, sekretaris pers Pentagon, John Kirby mengatakan Fort Lee akan secara singkat menampung hingga 2.500 pelamar dan keluarga mereka yang telah menyelesaikan proses pemeriksaan keamanan. Kirby menambahkan bahwa Departemen Pertahanan sedang mempertimbangkan untuk merelokasi 2.500 warga Afghanistan lainnya di instalasi militer terpisah.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Presiden Joe Biden berada di bawah tekanan bipartisan yang intens untuk mempercepat ribuan aplikasi untuk program Visa Imigran Khusus yang tertunda.

Pemerintahan Biden dilaporkan juga mencari pangkalan AS di Asia Barat, Eropa dan Asia-Pasifik untuk menampung pelamar tambahan pada tahap yang berbeda.

Sementara itu, Gedung Putih telah membuka pembicaraan dengan pemerintah Uzbekistan untuk menampung sementara warga negara Afghanistan yang dipekerjakannya untuk kampanye di Afghanistan.

Sebelum berbicara dengan Uzbekistan Gedung Putih telah melakukan upaya, namun gagal menyelesaikan masalah ini dengan perantara Tajikistan.

Guam adalah pilihan lain yang Gedung Putih pertimbangkan untuk evakuasi sementara 18.000 warga Afghanistan. Mereka memenuhi syarat untuk visa khusus AS karena bahaya yang ditimbulkan oleh Taliban terhadap mereka.

Warga Afghanistan yang membantu militer AS selama perang semakin menjadi sasaran Taliban karena kelompok militan itu memperoleh keuntungan pesat di negara yang dilanda perang itu.

Komunitas intelijen AS telah menilai bahwa Afghanistan bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu enam sampai 18 bulan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *