Washington, Purna Warta – Sementara Washington mengklaim kesiapan untuk kembali ke pembicaraan Wina untuk menghidupkan kembali ksesepakatan nuklir Iran, Reuters melaporkan dalam laporan khusus, mengutip pejabat AS dan Eropa, bahwa Amerika Serikat telah secara diplomatik menghubungi China agar negara itu mengurangi pembelian minyak mentah Iran.
Menurut Reuters, diperkirakan, pembelian minyak oleh perusahaan-perusahaan China dari Iran, telah membuat ekonomi Iran tetap bertahan. Padahal, sanksi AS ditujukan untuk mencegah penjualan semacam itu.
“Kami mengetahui perusahaan China membeli minyak dari Iran,” kata seorang pejabat senior Amerika Serikat, berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah kepada Reuters pada hari Selasa (28/9).
“Kami telah menggunakan otoritas sanksi kami untuk menanggapi penghindaran sanksi terhadap Iran, termasuk mereka yang berdagang dengan China, dan kami akan terus melakukannya jika perlu,” lanjutnya.
Namun, kata ida, pihaknya telah menghubungi China secara diplomatis dan membicarakan masalah tentang kebijakan Iran. “Kami berpikir bahwa secara umum, ini adalah cara yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kami,” kata pejabat itu.
Secara terpisah, seorang pejabat Eropa mengatakan itu adalah salah satu masalah yang diangkat oleh Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman selama kunjungan ke China pada akhir Juli lali, menurut Reuters.
Pejabat Eropa, yang juga enggan disebutkan namanya itu karena sensitivitas diplomasi nuklir, mengklaim bahwa China melindungi Iran dan juga mengatakan bahwa salah satu masalah utama bagi Barat adalah soal berapa banyak minyak yang dibeli China dari Iran.
Menurut laporan itu, Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan yang dibuat oleh dua pejabat AS dan Eropa tersebut.
Menurut Reuters, sebuah perusahaan analisis komoditas bernama Kpler memperkirakan bahwa impor minyak China dari Iran rata-rata 553.000 barel per hari dari awal tahun hingga Agustus.
Pada awal Agustus, Reuters mengutip seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang melakukan penyelidikan untuk mencegah penjualan minyak Iran ke China.
Kantor berita mengutip pejabat yang mengatakan bahwa Washington sedang mempersiapkan situasi apabila Iran tidak mau kembali melakukan pembicaraan soal dibuka kembalinya kesepakatan nuklir.
Menurut laporan itu, Washington telah memberi tahu Beijing beberapa bulan sebelumnya bahwa mereka bertujuan untuk melanjutkan komitmen terhadap kesepakatan nuklir Iran. Jika itu terjadi, maka perusahaan China tidak perlu dikenai denda apabila membeli minyak mentah dari Iran.
Reuters menambahkan bahwa posisi AS kini telah berubah karena ambiguitas tentang waktu dimulainya kembali perundingan Wina putaran ketujuh.
Pada 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan negara 5+1 untuk menyelesaikan ketegangan atas program nuklirnya. Namun terlepas dari pengakuan Badan Energi Atom Internasional tentang kepatuhan Iran terhadap semua kewajibannya, pemerintah AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian pada Mei 2016.
Pemerintah Joe Biden mengklaim bahwa mereka bermaksud untuk membuka jalan bagi negaranya untuk kembali ke kesepakatan nuklir melalui pembicaraan yang sedang berlangsung di ibukota Austria, Wina. Sejauh ini, enam putaran pembicaraan di Wina antara Amerika Serikat dan pihak lain selain Iran untuk memfasilitasi kembalinya AS ke Dewan Keamanan telah gagal. Para pihak mengatakan kemajuan nyata telah dibuat dalam pembicaraan, tetapi beberapa perbedaan tetap ada.
Salah satu tema perdebatan dalam negosiasi adalah desakan AS untuk mempertahankan beberapa sanksi yang dijatuhkan pada Iran oleh pemerintahan Donald Trump setelah penarikannya mereka. Selain itu, pemerintahan Biden telah menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan jaminan bahwa pemerintahan AS berikutnya tidak akan menarik diri dari Dewan Keamanan PBB.